Share
1

Nabi Dawud AS: Teladan Raja yang Adil, Pemimpin Bijaksana, dan Hamba yang Tak Pernah Lelah Bertasbih

by Darul Asyraf · 24 Oktober 2025

Kisah para nabi selalu menjadi lentera penerang bagi umat manusia. Di antara mereka, Nabi Dawud ‘Alaihissalam (AS) bersinar terang sebagai sosok multitalenta yang luar biasa. Beliau bukan sekadar seorang nabi yang menyampaikan wahyu, tetapi juga seorang raja yang adil, panglima perang yang gagah berani, serta seorang hamba yang tak henti-hentinya memuji dan bertasbih kepada Allah SWT.

Dalam sejarah Islam, Nabi Dawud AS dikenal sebagai pribadi yang istimewa, dianugerahi berbagai mukjizat dan keutamaan. Kehidupaya adalah cerminan kesempurnaan seorang pemimpin yang mengabdi pada kebenaran, seorang raja yang bijaksana dalam menegakkan keadilan, dan seorang hamba yang begitu dekat dengan Penciptanya. Mari kita selami lebih dalam kisah inspiratif Nabi Dawud AS dan petikan pelajaran berharga dari setiap aspek kehidupaya.

Masa Muda, Keberanian, dan Kemenangan Melawan Jalut

Sebelum diangkat menjadi nabi dan raja, Dawud muda adalah seorang penggembala yang sederhana. Namun, di balik kesederhanaaya, tersimpan keberanian dan keimanan yang kokoh. Kisah paling fenomenal dari masa mudanya adalah saat ia berhadapan dengan Jalut (Goliath), seorang panglima perang yang angkuh dan perkasa dari kaum Filistin.

Pada masa itu, Bani Israil sedang berada dalam konflik besar dengan kaum Filistin. Raja Thalut, pemimpin Bani Israil, menjanjikan putrinya dan separuh kerajaaya bagi siapa saja yang mampu mengalahkan Jalut. Banyak prajurit yang gentar dan ragu menghadapi Jalut yang bertubuh besar dan bersenjata lengkap. Namun, Dawud yang masih belia, dengan hanya berbekal ketapel dan beberapa batu, maju dengan penuh keyakinan dan tawakal kepada Allah SWT.

Dengan izin Allah, satu lemparan batu dari ketapel Dawud tepat mengenai kepala Jalut, membuatnya roboh dan tewas seketika. Kemenangan ini sontak mengubah jalaya peperangan dan mengukir nama Dawud sebagai pahlawan yang gagah berani. Al-Qur’an mengabadikan momen ini:

“Maka mereka (tentara Thalut) mengalahkan Jalut dan bala tentaranya dengan izin Allah, dan Dawud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Dawud) kerajaan dan hikmah (kenabian), dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas seluruh alam.” (QS. Al-Baqarah: 251)

Kisah ini mengajarkan kita bahwa keberanian sejati berasal dari keimanan, dan bahwa pertolongan Allah akan datang kepada hamba-Nya yang berserah diri, meskipun dalam kondisi yang paling tidak memungkinkan sekalipun.

Baca juga ini : Kisah Teladan Para Nabi: Inspirasi Hidup Muslim

Anugerah Kenabian, Kerajaan, dan Mukjizat Istimewa

Setelah kemenangaya atas Jalut, Dawud diangkat menjadi raja Bani Israil menggantikan Thalut. Tidak hanya itu, Allah SWT juga menganugerahinya karunia kenabian, menjadikaya seorang nabi-raja. Ini adalah kedudukan yang sangat tinggi, memadukan kekuasaan duniawi dengan amanah kenabian.

Allah SWT menganugerahkan berbagai keistimewaan dan mukjizat kepada Nabi Dawud AS, di antaranya:

  • Kitab Zabur: Allah menurunkan kitab Zabur kepadanya, yang berisi puji-pujian, doa, daasihat. Suara Nabi Dawud saat membaca Zabur sangatlah merdu, sehingga gunung-gunung dan burung-burung pun turut bertasbih bersamanya.
  • Suara Merdu yang Menggetarkan: Diberi karunia suara yang sangat indah dan syahdu, membuat siapa saja yang mendengarnya merasa tentram. Bahkan, dalam beberapa riwayat, burung-burung dan gunung-gunung pun ikut bertasbih saat Nabi Dawud bersenandung memuji Allah.
  • Kemampuan Melunakkan Besi: Allah memberinya kemampuan untuk melunakkan besi layaknya lilin, sehingga beliau dapat membuat baju-baju besi pelindung tanpa memerlukan api atau alat khusus yang rumit. Ini menjadi salah satu sumber kekayaan dan kekuatan bagi kerajaaya.

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami berfirman): ‘Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud,’ dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang sempurna dan ukurlah anyamaya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba’: 10-11)

“Dan sungguh telah Kami berikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman.’” (QS. An-Naml: 15)

Karunia-karunia ini menunjukkan betapa besar cinta Allah kepada Nabi Dawud, yang senantiasa mensyukuri nikmat dan menggunakan kekuasaaya di jalan Allah.

Kepemimpinan Adil dan Hikmah dalam Memutuskan Perkara

Sebagai seorang raja, Nabi Dawud AS dikenal akan keadilaya dalam memutuskan perkara. Beliau adalah hakim yang bijaksana, selalu berusaha mencari kebenaran dengan cermat sebelum menjatuhkan hukuman atau keputusan. Allah SWT bahkan mengingatkaya untuk senantiasa berlaku adil:

“Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Sad: 26)

Salah satu contoh keadilaya adalah ketika dua orang datang kepadanya untuk meminta keputusan. Satu pihak mengadu bahwa dombanya telah merusak kebun milik pihak lain. Dawud AS memutuskan agar domba-domba itu diberikan kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi. Namun, putranya, Nabi Sulaiman AS, menawarkan solusi yang lebih bijaksana: agar pemilik kebun merawat domba-domba itu sampai kebuya pulih, dan pemilik domba membantu merawat kebun sampai panen, setelah itu domba dikembalikan.

Kisah ini menunjukkan bahwa Nabi Dawud AS senantiasa terbuka terhadap pandangan lain, bahkan dari putranya sendiri, demi mencapai keadilan yang sempurna. Beliau juga mengajarkan bahwa pemimpin harus selalu berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, serta selalu merujuk kepada hukum Allah.

Baca juga ini : Hikmah di Balik Ujian: Belajar dari Kehidupan Para Rasul

Hamba yang Tak Lelah Bertasbih kepada Allah SWT

Di balik kemegahan istana dan kesibukan sebagai raja, Nabi Dawud AS adalah seorang hamba yang sangat taat dan gemar beribadah. Beliau dikenal sebagai pribadi yang banyak berpuasa dan bertasbih.

Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasanya Dawud. Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalatnya Dawud. Ia tidur di separuh malam, bangun di sepertiganya, dan tidur lagi di seperenamnya. Ia berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ini adalah “Puasa Dawud”, sebuah amalan sunah yang sangat dianjurkan karena ketekunan dan kesungguhaya. Nabi Dawud tidak hanya beribadah dengan puasa dan shalat, tetapi juga senantiasa bertasbih dan berzikir, bahkan gunung dan burung pun turut serta dalam tasbihnya, sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Dawud) di waktu petang dan pagi, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing sangat patuh kepadanya.” (QS. Sad: 18-19)

Ayat ini menggambarkan keagungaabi Dawud AS, yang memiliki hubungan begitu erat dengan alam semesta, di mana ciptaan Allah laiya turut mengakui kebesaraya sebagai hamba pilihan.

Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Dawud AS

Kehidupaabi Dawud AS memberikan banyak teladan berharga bagi umat manusia, khususnya bagi para pemimpin dan setiap individu Muslim:

  • Keberanian dan Tawakal: Tidak gentar menghadapi kesulitan jika berlandaskan keimanan dan tawakal kepada Allah.
  • Keadilan dalam Kepemimpinan: Setiap pemimpin harus berlaku adil dan bijaksana, serta tidak mudah terpengaruh hawa nafsu.
  • Rendah Hati dan Menerima Nasihat: Meskipun seorang raja daabi, beliau tetap rendah hati dan bersedia menerima nasihat.
  • Ketekunan dalam Ibadah: Kekuasaan dan kekayaan tidak melalaikaya dari kewajiban beribadah dan bertasbih kepada Allah SWT.
  • Syukur atas Nikmat Allah: Menggunakan setiap anugerah (kekuatan, suara, kemampuan) untuk memuliakan agama Allah.

Kisah Nabi Dawud AS adalah pengingat bahwa kebesaran sejati bukanlah pada jabatan atau kekayaan, melainkan pada ketakwaan, keadilan, dan ketulusan dalam mengabdi kepada Allah SWT. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan meneladani sifat-sifat mulia beliau dalam setiap aspek kehidupan.

https://darulasyraf.or.id/wp-content/uploads/2023/11/kisah-nabi-dawud-as.jpg (Contoh URL gambar ilustrasi Nabi Dawud AS)

You may also like