Share
1

Hidup Berkelanjutan Ala Islam: Menjaga Bumi dengan Cara yang Berkah

by Darul Asyraf · 8 Oktober 2025

Pendahuluan: Bumi, Titipan Ilahi yang Harus Dijaga

Halo, Saudara-saudari sekalian! Pernahkah kita merenung, bagaimana kondisi bumi kita saat ini? Mulai dari polusi udara, tumpukan sampah, hingga perubahan iklim yang kian terasa. Semua ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau para aktivis lingkungan, lho. Sebagai umat Islam, kita punya peran besar dalam menjaga kelestarian bumi ini. Islam mengajarkan kita untuk hidup seimbang dan harmonis dengan alam, tidak berlebihan, dan selalu mensyukuri nikmat Allah SWT.

Prinsip hidup berkelanjutan sebenarnya sudah ada dalam ajaran Islam sejak dulu kala. Allah SWT menciptakan alam semesta ini dengan penuh keseimbangan dan ketertiban. Manusia diberi amanah sebagai khalifah di muka bumi, yang artinya kita bertanggung jawab untuk mengelola dan memeliharanya, bukan merusaknya. Dengan menerapkan prinsip hidup berkelanjutan sesuai ajaran Islam, kita tidak hanya menjaga lingkungan, tapi juga mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Mari kita bedah lebih dalam bagaimana cara menerapkaya dalam kehidupan sehari-hari, dari mulai cara kita makan sampai gaya hidup kita secara keseluruhan.

Manusia Sebagai Khalifah dan Amanah Menjaga Bumi

Dalam Islam, kedudukan manusia itu istimewa. Kita bukan sekadar penghuni bumi, tapi juga khalifah. Apa itu khalifah? Khalifah berarti pemimpin atau pengelola. Artinya, Allah SWT telah menunjuk kita sebagai penjaga dan pelestari bumi beserta isinya. Ini adalah sebuah amanah besar yang harus kita emban dengan sebaik-baiknya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kita diberikan peran penting, yaitu menjaga bumi dari kerusakan. Kita tidak boleh semena-mena mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memikirkan dampaknya bagi generasi mendatang. Menjaga bumi berarti menjaga keberlangsungan hidup seluruh makhluk, termasuk manusia itu sendiri. Tanggung jawab ini meliputi penggunaan sumber daya secara bijak, tidak berbuat kerusakan, dan memastikan bahwa lingkungan tetap sehat dan lestari.

Prinsip Konsumsi dalam Islam: Halal, Thayyib, dan Tidak Berlebihan

Salah satu aspek penting dalam hidup berkelanjutan adalah bagaimana kita mengonsumsi sesuatu. Islam memiliki panduan yang sangat jelas mengenai konsumsi, yaitu harus halal dan thayyib serta tidak israf (berlebihan).

1. Halal dan Thayyib

Makanan dan minuman yang kita konsumsi haruslah halal, artinya diperbolehkan syariat. Selain itu, juga harus thayyib, yang berarti baik, sehat, bergizi, dan diperoleh dengan cara yang baik. Mengonsumsi makanan halal dan thayyib bukan hanya soal memenuhi kebutuhan spiritual, tapi juga kesehatan fisik dan mental kita. Produk halal juga seringkali memiliki proses produksi yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kesejahteraan hewan.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 168:

“Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal lagi baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

2. Tidak Berlebihan (Israf)

Islam sangat melarang sifat boros dan berlebihan (israf) dalam segala hal, termasuk dalam konsumsi. Membeli barang yang tidak dibutuhkan, membuang-buang makanan, atau menghabiskan sumber daya secara mubazir adalah perbuatan yang tidak disukai Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 31:

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Ini artinya, kita dianjurkan untuk makan dan minum secukupnya, sesuai kebutuhan, dan tidak membuang-buang. Jika ada sisa makanan, sebisa mungkin diolah kembali atau diberikan kepada yang membutuhkan. Prinsip ini sangat relevan dengan isu pemborosan makanan global yang menjadi salah satu penyebab masalah lingkungan.

Baca juga ini : Mensyukuri Nikmat Air: Ajaran Islam tentang Menjaga dan Menghemat Sumber Kehidupan

Gaya Hidup Hemat dan Minim Sampah

Hidup berkelanjutan juga tercermin dari gaya hidup kita sehari-hari yang hemat dan berusaha meminimalkan produksi sampah.

1. Menghemat Penggunaan Air dan Energi

Air adalah sumber kehidupan yang sangat vital. Islam mengajarkan untuk berhemat dalam penggunaan air, bahkan saat berwudu sekalipun. Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam penggunaan air walaupun kamu berada di sungai yang mengalir.” (HR. Ibnu Majah)

Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga setiap tetes air. Sama halnya dengan energi listrik. Matikan lampu atau alat elektronik jika tidak digunakan, manfaatkan cahaya matahari, dan gunakan transportasi umum atau sepeda untuk mengurangi emisi.

2. Mengurangi, Menggunakan Kembali, dan Mendaur Ulang (3R)

Konsep reduce, reuse, recycle (kurangi, gunakan kembali, daur ulang) sangat selaras dengan ajaran Islam. Kita diajarkan untuk mengurangi sampah dengan membawa tas belanja sendiri, menghindari produk sekali pakai, atau membeli produk dengan kemasan minimal. Barang-barang yang masih layak bisa digunakan kembali, dan jika memungkinkan, daur ulang menjadi pilihan terakhir untuk mengurangi beban TPA.

Menjaga kebersihan lingkungan adalah bagian dari iman. Rasulullah SAW bersabda:

“Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Muslim)

Membuang sampah sembarangan tidak hanya merusak pemandangan, tapi juga mencemari lingkungan dan dapat mendatangkan penyakit. Oleh karena itu, mengelola sampah dengan baik adalah bentuk ketaatan kita kepada ajaran agama.

Baca juga ini : Sedekah Sampah: Menanam Kepedulian Lingkungan Sejak Dini Ala Anak Muslim

Peduli Lingkungan dan Konservasi Alam

Selain tidak merusak, Islam juga mendorong kita untuk aktif dalam menjaga dan melestarikan alam. Menanam pohon adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang muslim menanam pohon atau menabur benih, lalu (hasilnya) dimakan burung, atau manusia, atau binatang, melainkan itu menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa menanam pohon memiliki nilai sedekah yang terus mengalir pahalanya. Dengan menanam pohon, kita berkontribusi dalam menyediakan oksigen, menjaga kualitas air, dan mencegah erosi. Selain itu, menjaga keanekaragaman hayati, tidak berburu hewan secara berlebihan, dan menjaga ekosistem adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai khalifah.

Memiliki kepedulian terhadap lingkungan juga berarti kita mendukung inisiatif yang berkelanjutan, seperti produk-produk dengan Sertifikasi Halal yang tidak hanya menjamin kehalalan, tapi juga seringkali proses produksi yang ramah lingkungan dan etis. Ini adalah bentuk komitmen kita untuk kebaikan bersama, di dunia dan akhirat.

Penutup

Menerapkan prinsip hidup berkelanjutan sesuai ajaran Islam bukanlah hal yang sulit, kok. Dimulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti bijak dalam konsumsi, tidak boros air dan listrik, mengelola sampah, hingga aktif menanam pohon. Semua ini adalah wujud ketaatan kita kepada Allah SWT dan bentuk syukur atas nikmat yang telah diberikan. Dengan hidup berkelanjutan, kita tidak hanya menjaga bumi untuk generasi mendatang, tapi juga meraih keberkahan dan pahala di sisi Allah SWT. Mari kita bersama-sama menjadi agen perubahan yang positif bagi bumi tercinta ini, karena menjaga alam adalah menjaga amanah.

You may also like