Kisah Nabi Musa alaihis salam daabi Khidir alaihis salam adalah salah satu narasi paling mendalam dalam Al-Qur’an, menawarkan lautan hikmah tentang takdir, kesabaran, dan kebijaksanaan Allah SWT yang seringkali tersembunyi di balik kejadian yang tampak tidak masuk akal oleh akal manusia. Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik kepada Allah, bahkan ketika kita tidak memahami apa yang terjadi.
Dalam riwayat Al-Qur’an, pertemuan antara Nabi Musa, seorang rasul yang mulia, dengaabi Khidir, seorang hamba Allah yang diberi ilmu ladui (ilmu langsung dari Allah), bukanlah sekadar cerita biasa. Ia adalah perjalanan spiritual yang menantang pemahaman kita tentang keadilan, kebaikan, dan rencana ilahi yang sempurna. Melalui kisah ini, kita diajak untuk merenungkan bahwa di balik setiap musibah atau kejadian yang kita anggap buruk, ada rencana besar dari Allah yang mungkin tidak kita pahami pada saat itu.
Perjalanan Mencari Ilmu dan Ujian Kesabaran
Kisah ini dimulai ketika Nabi Musa merasa bahwa beliau adalah orang yang paling berilmu di antara kaumnya. Allah SWT kemudian memberitahunya bahwa ada seorang hamba-Nya yang lebih berilmu darinya, yaitu Khidir. Dengan kerendahan hati dan semangat mencari ilmu, Nabi Musa melakukan perjalanan panjang untuk bertemu dengan Khidir, ditemani oleh Yusha’ biun. Perjalanan ini diceritakan dalam Surah Al-Kahf ayat 60-82.
Ketika bertemu, Khidir memberi syarat kepada Musa agar tidak bertanya tentang apa pun yang akan dilakukaya sebelum Khidir sendiri yang menjelaskan. Nabi Musa, dengan tekad kuat untuk belajar, menyanggupi syarat tersebut. Ini adalah pelajaran pertama: dalam menuntut ilmu, diperlukan kerendahan hati dan kesabaran untuk tidak terburu-buru menghakimi atau mempertanyakan guru sebelum diberi penjelasan.
Baca juga ini : Adab Penuntut Ilmu di Era Digital: Raih Ilmu Berkah!
Tiga Peristiwa Penuh Misteri dan Hikmah Tersembunyi
Sepanjang perjalanan mereka, Khidir melakukan tiga tindakan yang secara lahiriah tampak aneh, bahkan keliru, di mata Nabi Musa. Setiap kali Khidir melakukan perbuatan tersebut, Nabi Musa selalu mengingkari dan mempertanyakaya, meskipun ia telah berjanji untuk bersabar.
1. Melubangi Perahu
Perbuatan pertama adalah melubangi perahu milik penduduk miskin yang telah menyeberangkan mereka secara gratis. Nabi Musa sangat terkejut dan bertanya, “Mengapa engkau melubangi perahu itu, yang akibatnya menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah berbuat suatu kesalahan besar.” (QS. Al-Kahf: 71)
Setelah Nabi Musa tak bisa lagi menahan diri, Khidir akhirnya menjelaskan bahwa ia melubangi perahu itu karena di hadapan mereka ada seorang raja zalim yang akan merampas setiap perahu yang bagus. Dengan perahu yang rusak, raja itu tidak akan tertarik, dan pemiliknya dapat memperbaikinya kembali. Tindakan Khidir, yang awalnya tampak merugikan, sebenarnya adalah perlindungan dari bahaya yang lebih besar.
2. Membunuh Seorang Anak Muda
Perbuatan kedua yang jauh lebih mengejutkan adalah ketika Khidir membunuh seorang anak muda. Nabi Musa sangat marah dan berkata, “Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya engkau telah melakukan sesuatu yang mungkar.” (QS. Al-Kahf: 74)
Khidir kemudian menjelaskan bahwa anak muda itu kelak akan tumbuh menjadi orang yang durhaka dan kafir, serta akan menyeret kedua orang tuanya yang saleh ke dalam kesesatan. Dengan membunuhnya, Allah akan menggantinya dengan anak yang lebih baik, lebih suci, dan lebih berbakti. Ini adalah contoh ekstrem bagaimana takdir Allah bisa melindungi kebaikan yang lebih besar, meskipun melalui cara yang tidak dapat diterima akal manusia biasa.
3. Memperbaiki Dinding Hampir Roboh
Tindakan terakhir Khidir adalah memperbaiki dinding sebuah rumah yang hampir roboh di sebuah desa di mana penduduknya menolak memberi mereka makan atau menjamu mereka. Nabi Musa berkomentar, “Jikalau engkau mau, niscaya engkau dapat mengambil upah untuk itu.” (QS. Al-Kahf: 77)
Khidir menjelaskan bahwa dinding itu milik dua anak yatim di kota itu, dan di bawahnya tersimpan harta karun milik mereka. Ayah mereka adalah seorang yang saleh, dan Allah berkehendak agar kedua anak itu mencapai dewasa dan mengeluarkan harta karun mereka sebagai rahmat dari Tuhanmu. Dinding yang diperbaiki tanpa upah itu adalah jaminan bagi masa depan anak-anak yatim, atas dasar kesalehan orang tua mereka.
Baca juga ini : Kuatkan Iman dengan Sabar Syukur Saat Berbagi
Memahami Takdir dan Memperkuat Keimanan
Dari kisah ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting:
- Kesabaran adalah Kunci: Banyak kejadian dalam hidup yang tampak buruk atau tidak adil, namun mungkin ada hikmah dan kebaikan tersembunyi di baliknya. Kita dituntut untuk bersabar dan tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan atau menyalahkan takdir.
- Ilmu Allah Maha Luas: Pengetahuan manusia sangat terbatas. Apa yang kita anggap buruk, bisa jadi adalah kebaikan di mata Allah. Apa yang kita anggap benar, bisa jadi salah menurut pandangan-Nya yang Maha Bijaksana.
- Kerendahan Hati dalam Mencari Ilmu: Bahkan seorang nabi sekaliber Musa pun harus merendahkan diri dan bersabar untuk mendapatkan ilmu dari Khidir. Ini mengajarkan pentingnya adab dalam menuntut ilmu dan menghormati guru.
- Percaya pada Rencana Ilahi: Kisah ini memperkuat keimanan kita bahwa Allah memiliki rencana terbaik untuk setiap hamba-Nya. Di balik setiap ujian, ada pelajaran, dan di balik setiap musibah, ada potensi kebaikan yang lebih besar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 216, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Kisah Nabi Musa dan Khidir mengajak kita untuk melihat kehidupan dengan perspektif yang lebih luas dan spiritual. Ia mengingatkan kita bahwa ada banyak hal di dunia ini yang melampaui pemahaman akal kita yang terbatas. Tugas kita sebagai hamba adalah beriman, bersabar, dan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT, karena Dialah sebaik-baik perencana dan penentu takdir. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah mulia ini dan mengaplikasikaya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga keimanan kita semakin kokoh dan hati kita semakin tenang dalam menerima setiap ketetapan-Nya.
