Di zaman serba cepat seperti sekarang, mencari ilmu itu makin mudah. Informasi melimpah ruah hanya dengan sekali ketuk di gawai kita. Mulai dari video tutorial, artikel online, sampai kelas daring, semuanya ada. Tapi, kemudahan ini jangan sampai membuat kita lupa satu hal penting: adab.
Dalam Islam, adab atau etika dalam menuntut ilmu itu fondasi utama. Tanpa adab, ilmu yang didapat bisa jadi tidak berkah, bahkan mungkin malah membawa mudarat. Meskipun era sudah digital, prinsip adab ini tetap relevan dan harus kita pegang teguh. Mari kita selami 5 adab penting penuntut ilmu di era digital agar ilmu yang kita kejar membawa berkah dunia dan akhirat.
1. Niat yang Ikhlas Hanya Karena Allah
Adab pertama dan paling utama adalah meluruskaiat. Kenapa kita belajar? Apakah untuk pamer, mencari pujian, atau mengejar keuntungan dunia semata? Atau justru karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT, memahami agama-Nya, dan memberikan manfaat bagi sesama?
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Niat yang lurus akan membuat setiap proses belajar kita bernilai ibadah dan insya Allah mendapatkan keberkahan. Di era digital ini, mudah sekali kita terdistraksi dengan validasi sosial. Ingatlah selalu bahwa tujuan utama kita adalah ridha Allah.
Baca juga ini : Etika Ilmu Imam Ghazali: Fondasi Spiritual dan Intelektual
2. Menghormati Guru dan Sumber Ilmu
Meski banyak ilmu bisa didapat secara otodidak dari internet, keberadaan guru atau mentor tetaplah tak tergantikan. Mereka adalah pewaris para nabi yang menyampaikan ilmu. Menghormati guru bukan hanya kepada sosok fisik yang mengajar di kelas, tapi juga kepada ulama, penulis, atau siapapun yang ilmunya kita ambil, termasuk kreator konten edukasi di platform digital.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata, “Tidak akan meraih ilmu orang yang tidak menghormati gurunya.” Adab menghormati guru di era digital bisa diwujudkan dengan tidak mencela, meremehkan, atau menyebarkan informasi negatif tentang mereka. Selalu bersikap sopan dalam bertanya, memberikan kritik yang membangun, dan selalu merujuk kepada sumber aslinya. Jangan asal copy-paste tanpa atribusi yang jelas.
3. Bersungguh-sungguh dan Sabar dalam Proses
Ilmu tidak datang begitu saja. Ia butuh perjuangan, kesungguhan, dan kesabaran. Di tengah banjir informasi digital, kadang kita ingin semua serba instan. Padahal, pemahaman yang mendalam butuh proses, pengulangan, dan refleksi.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 69: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” Ayat ini mengingatkan kita untuk bersungguh-sungguh dalam setiap upaya, termasuk menuntut ilmu. Bersabarlah menghadapi kesulitan, jangan mudah menyerah saat menemukan materi yang rumit, dan teruslah konsisten dalam belajar. Hindari juga kebiasaan scrolling tanpa tujuan yang jelas yang hanya membuang waktu.
Baca juga ini : Kunci Mendidik Anak Cerdas: Panduan Islami untuk Orang Tua
4. Mengamalkan Ilmu yang Didapat
Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Tujuan utama menuntut ilmu adalah untuk diamalkan, bukan hanya untuk disimpan atau dibanggakan. Mengamalkan ilmu berarti menerapkaya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam ibadah, muamalah, maupun akhlak.
Allah SWT berfirman dalam Surat As-Shaff ayat 2-3: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” Ayat ini menjadi pengingat keras bagi kita. Setelah memahami suatu ilmu, berusahalah untuk segera mempraktikkaya. Jika ilmunya tentang kebersihan, maka terapkan kebersihan. Jika tentang sopan santun, maka bersikaplah sopan. Ini adalah salah satu cara agar ilmu kita menjadi berkah dan bermanfaat.
5. Menyebarkan Ilmu dengan Benar dan Bijaksana
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang disebarkan. Namun, di era digital, penyebaran ilmu harus dilakukan dengan hati-hati. Pastikan informasi yang disebarkan itu benar, valid, dan tidak menimbulkan fitnah atau kesalahpahaman. Sebarkanlah dengan cara yang bijaksana, santun, dan mudah diterima oleh khalayak.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang melakukaya.” (HR. Muslim). Ini adalah motivasi besar bagi kita untuk berbagi ilmu. Gunakan platform digital sebagai sarana dakwah dan edukasi yang positif, bukan untuk menyebarkan berita bohong atau kebencian. Verifikasi selalu sumber sebelum berbagi, dan jadilah agen penebar kebaikan.
Membangun fondasi ilmu yang berkah di era digital ini memang butuh kesadaran dan komitmen. Dengan memegang teguh 5 adab ini, insya Allah ilmu yang kita dapat tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga mendatangkan keberkahan, ketenangan jiwa, dan menjadi bekal menuju akhirat yang lebih baik. Mari bersama-sama menjadi penuntut ilmu yang beradab dan bermanfaat.

Betul sekali, Nak. Adab memang pondasi utama menuntut ilmu, apalagi di era digital yang serba cepat. Ketenangan hati dan hormat pada sumber ilmu itu kunci meraih berkah ilmunya. Yuk, semangat!