Share

Mengajarkan Toilet Training Ala Islami: Membangun Anak Mandiri dan Bersih Sejak Dini

by Darul Asyraf · 15 Oktober 2025

Mengajarkan anak untuk tidak lagi mengompol dan bisa buang air sendiri di toilet adalah salah satu tahapan penting dalam perkembangan mereka, yang biasa kita sebut toilet training. Lebih dari sekadar kemandirian, dalam ajaran Islam, kebersihan adalah bagian tak terpisahkan dari iman. Oleh karena itu, toilet training bukan hanya tentang melatih anak pipis atau BAB di tempatnya, tapi juga menanamkan adab, kebersihan diri, dailai-nilai Islami sejak dini.

Proses ini memerlukan kesabaran, konsistensi, dan pemahaman dari orang tua. Dengan pendekatan yang tepat, kita bisa menjadikan toilet training sebagai momen edukasi yang menyenangkan, di mana anak belajar tentang pentingnya thaharah (kesucian) dan adab dalam Islam. Artikel ini akan membahas bagaimana kita bisa mengajarkan anak toilet training dengan metode Islami, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, bersih, dan berakhlak mulia.

Pentingnya Kebersihan Diri (Thaharah) dalam Islam

Islam sangat menekankan pentingnya kebersihan, baik kebersihan fisik maupun spiritual. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 222:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kebersihan adalah sifat yang dicintai Allah. Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadits riwayat Muslim:

“Thaharah (bersuci) adalah separuh dari iman.”

Dari sini, kita memahami bahwa kebersihan bukan sekadar praktik sehari-hari, melainkan bagian integral dari keimanan seorang Muslim. Mengajarkan anak toilet training berarti menanamkailai thaharah ini sejak dini, membiasakan mereka menjaga kebersihan setelah buang air, yang merupakan fondasi penting untuk ibadah dan kehidupan sehari-hari mereka.

Kapan Waktu yang Tepat Memulai Toilet Training?

Tidak ada usia pasti untuk memulai toilet training, karena setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda. Umumnya, anak-anak mulai menunjukkan tanda-tanda kesiapan antara usia 18 bulan hingga 3 tahun. Beberapa tanda kesiapan yang bisa diperhatikan antara lain:

  • Anak bisa menyampaikan keinginaya untuk buang air kecil atau besar, baik secara verbal maupun dengan isyarat.
  • Popoknya kering lebih lama, menunjukkan kemampuan menahan buang air.
  • Anak menunjukkan ketertarikan pada toilet atau ingin meniru orang dewasa saat ke kamar mandi.
  • Anak bisa mengikuti instruksi sederhana dan melepas celananya sendiri.
  • Anak merasa tidak nyaman dengan popok yang basah atau kotor.

Jika anak belum menunjukkan tanda-tanda ini, jangan terburu-buru. Memaksa anak justru bisa membuat prosesnya lebih sulit dan menciptakan pengalamaegatif. Kesabaran adalah kunci utama.

Baca juga ini : Pentingnya Edukasi Mahram dan Batasan Sentuhan untuk Melindungi Anak Sesuai Ajaran Islam

Langkah-langkah Toilet Training Ala Islami

1. Mengenalkan Konsep Istinja’ (Bersuci Setelah Buang Air)

Salah satu aspek terpenting dalam toilet training Islami adalah mengajarkan istinja’, yaitu bersuci setelah buang air. Ajarkan anak untuk membersihkan qubul (kemaluan) dan dubur (anus) dengan air hingga bersih. Jelaskan bahwa hal ini penting agar mereka suci dan bisa beribadah, seperti shalat.

Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila salah seorang di antara kalian buang air besar, maka janganlah ia membersihkaya dengan kurang dari tiga batu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Meskipun hadits ini menyebutkan batu, intinya adalah membersihkan diri hingga tuntas dari najis. Saat ini, penggunaan air adalah yang paling utama.

2. Mendoakan Anak Saat Masuk dan Keluar Kamar Mandi

Biasakan anak untuk membaca doa sebelum masuk kamar mandi dan setelah keluar. Doa masuk kamar mandi adalah: “Allahumma ii a’udzu bika minal khubutsi wal khabaa’its” (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan). Dan doa keluar kamar mandi: “Ghufranaka” (Aku memohon ampunan-Mu).

Ini menanamkan kesadaran bahwa setiap aktivitas, bahkan yang paling personal sekalipun, selalu dalam pengawasan Allah dan diawali serta diakhiri dengan mengingat-Nya.

3. Mengajarkan Adab di Kamar Mandi

Ajarkan adab-adab sederhana di kamar mandi, seperti:

  • Tidak berbicara atau bermain saat buang air.
  • Tidak membawa makanan atau minuman ke kamar mandi.
  • Tidak menghadap atau membelakangi kiblat saat buang air (jika menggunakan kloset duduk, hal ini biasanya sulit dihindari, namuiat menghindari sebisa mungkin sudah cukup).
  • Menggunakan tangan kiri untuk membersihkan kotoran.
  • Menyiram toilet hingga bersih setelah digunakan.
  • Mencuci tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi.
  • Menutup pintu kamar mandi.

4. Konsisten dan Sabar

Toilet training adalah proses, bukan perlombaan. Akan ada hari-hari baik dan hari-hari di mana anak mengalami kecelakaan (ngompol). Hadapi dengan sabar, jangan memarahi atau menghukum anak. Cukup bersihkan dan ingatkan mereka dengan lembut. Konsistensi dalam rutinitas dan pengulangan adalah kunci keberhasilan.

5. Memberi Pujian dan Motivasi

Saat anak berhasil buang air di toilet atau mengikuti adab dengan benar, berikan pujian dan dorongan positif. Ini akan meningkatkan rasa percaya diri mereka dan membuat mereka lebih termotivasi. Pujian tidak harus berupa hadiah material, senyuman, pelukan, atau ucapan “Hebat, anak sholeh/sholehah!” sudah sangat berarti.

Baca juga ini : Membangun Generasi Muslim Unggul: Melatih Kreativitas, Kolaborasi, dan Berpikir Kritis dalam Bingkai Islam

Peralatan Pendukung yang Bisa Digunakan

Untuk membantu proses toilet training, Anda bisa menggunakan beberapa alat pendukung:

  • Potty Training: Kursi kecil khusus anak untuk buang air yang bisa diletakkan di lantai. Ini seringkali lebih nyaman untuk anak kecil karena kakinya bisa menapak.
  • Dudukan Toilet Anak: Alas yang diletakkan di atas dudukan toilet orang dewasa agar lubangnya tidak terlalu besar untuk anak.
  • Tangga Toilet: Membantu anak naik ke toilet orang dewasa dengan lebih mudah.
  • Celana Dalam Latihan (Training Pants): Celana dalam khusus yang lebih tebal dari celana dalam biasa, bisa menahan sedikit cairan tapi tetap membuat anak merasa basah sehingga mereka belajar menghubungkan rasa basah dengan buang air.

Menghadapi Tantangan

Tantangan pasti akan muncul. Anak mungkin menolak duduk di toilet, kembali mengompol setelah beberapa waktu berhasil, atau takut dengan suara flush. Beberapa tips untuk menghadapinya:

  • Jangan Memaksa: Jika anak menolak, istirahat sejenak dan coba lagi nanti. Memaksa hanya akan menimbulkan perlawanan.
  • Berempati: Cobalah memahami perasaan anak. Mungkin mereka takut atau belum siap.
  • Buat Suasana Menyenangkan: Gunakan buku cerita tentang toilet training, lagu, atau stiker sebagai penghargaan.
  • Periksa Kesehatan: Jika ada kemunduran yang signifikan, pastikan tidak ada masalah kesehatan seperti infeksi saluran kemih.
  • Libatkan Anak dalam Pembersihan: Jika anak mengompol, ajak mereka ikut membersihkan (dengan cara yang sesuai usia) agar mereka memahami konsekuensinya tanpa merasa dihukum.

Peran Orang Tua Sebagai Teladan

Orang tua adalah teladan utama bagi anak-anak. Praktikkan adab dan kebersihan Islami dalam kehidupan sehari-hari. Tunjukkan kepada anak bagaimana Anda masuk dan keluar kamar mandi, membersihkan diri, dan mencuci tangan. Anak-anak adalah peniru ulung, dan mereka akan belajar banyak dari apa yang mereka lihat dan alami dari orang tua mereka.

Dengan menanamkailai-nilai kebersihan dan adab sejak dini melalui toilet training ala Islami, kita tidak hanya melatih anak menjadi mandiri, tetapi juga membekali mereka dengan fondasi penting dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim yang taat dan bersih, baik lahir maupun batin. Ini adalah investasi jangka panjang untuk akhlak dan keimanan mereka.

You may also like