Kesultanan Mataram Islam adalah salah satu puncak peradaban Islam di tanah Jawa, sebuah kerajaan yang tidak hanya berkuasa secara politik, namun juga menjadi pusat kebudayaan dan penyebaran agama Islam. Dalam narasi sejarah yang sering kita dengar, sorotan utama kerap kali tertuju pada para sultan, panglima perang, dan ulama besar laki-laki yang menjadi penasihat kerajaan. Namun, di balik megahnya kerajaan ini, ada jejak-jejak kontribusi yang tak kalah penting, meskipun seringkali tersembunyi dari catatan sejarah resmi: peran ulama perempuan.
Peran perempuan dalam sejarah Islam kerap kali luput dari perhatian, seolah-olah mereka hanya menjadi pelengkap atau objek dalam perjalanan peradaban. Padahal, dari masa Nabi Muhammad SAW hingga berbagai dinasti Islam, banyak sekali perempuan yang tampil sebagai cendekiawan, pendidik, dan penyebar ilmu yang brilian. Di Mataram Islam, meskipuamanya tidak banyak terekam dalam babad atau serat-serat kuno, keberadaan ulama perempuan sangat mungkin ada dan memiliki kontribusi signifikan, terutama dalam bidang pendidikan dan penyebaran ilmu di lingkup yang lebih privat namun strategis.
Warisan Intelektual dalam Islam: Bukan Hanya Milik Laki-Laki
Dalam ajaran Islam, menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban yang berlaku untuk setiap Muslim, tanpa memandang jenis kelamin. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim (laki-laki dan perempuan).” (HR. Ibnu Majah). Hadis ini menegaskan bahwa tidak ada batasan gender dalam pencarian dan penguasaan ilmu pengetahuan. Sejak awal mula Islam, banyak perempuan yang muncul sebagai figur cendekiawan, di antaranya adalah istri-istri Nabi seperti Aisyah RA yang dikenal sebagai perawi hadis dan faqihah (ahli fikih) terkemuka, serta Fatimah RA dan para sahabat perempuan laiya yang aktif dalam mencari dan menyebarkan ilmu.
Tradisi ini terus berlanjut di berbagai pusat peradaban Islam, termasuk di Nusantara. Ketika Islam menyebar ke Jawa, membawa serta nilai-nilai dan tradisi keilmuan ini. Oleh karena itu, di Kesultanan Mataram Islam, adalah hal yang wajar jika ada perempuan yang tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, tetapi juga menjadi guru, pendidik, dan pemegang otoritas keilmuan yang dihormati. Mereka mewarisi semangat literasi dan keilmuan yang ditanamkan oleh ajaran Islam itu sendiri.
Baca juga ini : Pentingnya Pendidikan Islam bagi Generasi Muda
Peran Strategis Ulama Perempuan di Lingkungan Keraton
Lingkungan keraton Mataram adalah pusat kekuasaan, kebudayaan, dan spiritualitas. Di sinilah ulama perempuan memiliki peran yang sangat strategis, meskipun tidak terekspos secara publik layaknya ulama laki-laki. Mereka kemungkinan besar berperan sebagai:
-
Pengajar dan Pembimbing Spiritual Keluarga Raja
Para permaisuri, selir, putri-putri raja, hingga para dayang dan abdi dalem perempuan di keraton membutuhkan pendidikan agama yang mendalam. Ulama perempuan menjadi sosok yang paling tepat untuk mengemban tugas ini. Mereka mengajarkan Al-Qur’an, Hadis, fikih, serta akhlak dan etika Islam yang sesuai dengan tuntunan kerajaan. Pendidikan ini tidak hanya bersifat doktrin, tetapi juga pembentukan karakter dan spiritualitas bagi penghuni istana.
-
Penasihat Keagamaan Internal
Dalam beberapa kasus, ulama perempuan mungkin juga berfungsi sebagai penasihat bagi permaisuri atau bahkan sultan dalam isu-isu keagamaan yang spesifik, terutama yang berkaitan dengan urusan rumah tangga atau perempuan. Pandangan mereka memberikan perspektif penting dari sudut pandang perempuan yang mendalami ilmu agama.
-
Penjaga Tradisi dan Etika Islam
Mereka berkontribusi dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan etika moral di lingkungan keraton, memastikan bahwa nilai-nilai Islam tetap terinternalisasi di tengah intrik dan dinamika kehidupan istana. Ini termasuk pengajaran adab, tata krama, dailai-nilai kesopanan yang dijunjung tinggi dalam budaya Jawa yang Islami.
Kontribusi ini mungkin tidak menghasilkan karya tulis besar yang terkenal, tetapi dampaknya terasa dalam pembentukan karakter para perempuan bangsawan yang kelak akan menjadi ibu bagi generasi penerus atau pemimpin di lingkupnya masing-masing. Mereka adalah pilar yang menguatkan fondasi spiritual dan intelektual dari dalam tembok keraton.
Penyebaran Ilmu di Kalangan Masyarakat: Dari Majelis Taklim hingga Penulisan
Di luar lingkungan keraton, ulama perempuan juga berkontribusi dalam menyebarkan ilmu di kalangan masyarakat umum, meskipun lagi-lagi, jejaknya mungkin tidak sejelas ulama laki-laki.
-
Majelis Taklim atau Pengajian Khusus Perempuan
Ini adalah wadah paling umum bagi ulama perempuan untuk berdakwah dan mengajar. Mereka memimpin majelis taklim yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, mengajarkan dasar-dasar agama, cara beribadah yang benar, serta ajaran moral dan etika. Pengajian semacam ini menjadi sarana penting untuk literasi agama di kalangan ibu-ibu dan remaja putri.
-
Peran dalam Pendidikan Anak-anak
Sebagai ibu dan anggota komunitas, ulama perempuan memainkan peran krusial dalam pendidikan dini anak-anak di rumah atau lingkungan sekitar. Mereka adalah guru pertama yang mengenalkan Al-Qur’an, doa-doa, dailai-nilai Islam kepada generasi muda, membentuk karakter Islami sejak usia dini.
-
Potensi dalam Penulisan dan Penyalinaaskah
Meskipun bukti spesifik dari ulama perempuan Mataram yang menulis naskah keagamaan sangat langka, tidak menutup kemungkinan ada di antara mereka yang terlibat dalam penyalinan atau bahkan penulisan kitab-kitab kecil, tembang-tembang religi, atau catatan-catatan keagamaan yang beredar di kalangan terbatas. Aktivitas ini adalah bentuk penting dari penyebaran dan pelestarian ilmu pengetahuan pada masa itu.
Baca juga ini : Peran Perempuan dalam Menyebarkan Dakwah
Kontribusi ulama perempuan Mataram Islam, meskipun seringkali tak bernama dan tak terekam dengan jelas dalam sejarah, adalah bagian integral dari bangunan peradaban Islam Jawa. Mereka adalah lentera-lentera ilmu yang menerangi jiwa, baik di balik tirai keraton maupun di tengah masyarakat, memastikan bahwa api semangat keilmuan dan keagamaan terus menyala dari generasi ke generasi. Pengakuan atas peran mereka bukan hanya tentang menghargai masa lalu, tetapi juga tentang memberikan inspirasi bagi perempuan masa kini untuk terus berkarya, berinovasi, dan berkontribusi dalam berbagai bidang demi kemajuan bangsa dan agama.
https://source.unsplash.com/800×600/?javanese,muslimah,education,history,mataram
Luar biasa! Perempuan Mataram memang lentera ilmu sejati, menerangi zaman dengan kearifan di balik tirai kesultanan. Bangga!
Kagum dengan ketangguhan dan kebijaksanaan para perempuan Mataram yang menjadi lentera ilmu. Kisah ini membuktikan bahwa cahaya pengetahuan selalu bersinar, bahkan di balik tirai.