Share

Meneladani Keteguhan Nabi Musa AS: Pelajaran Kesabaran, Keberanian, dan Tawakal Menghadapi Kezaliman Firaun

by Darul Asyraf · 10 September 2025

Kisah Nabi Musa AS dan Firaun adalah salah satu narasi paling agung dalam sejarah kenabian yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Lebih dari sekadar cerita masa lalu, kisah ini adalah lautan hikmah yang tak pernah kering, mengajarkan kita tentang keteguhan hati, kesabaran tanpa batas, keberanian yang tak tergoyahkan, serta penyerahan diri (tawakal) sepenuhnya kepada Allah SWT di hadapan kezaliman yang melampaui batas. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang penuh tantangan, teladaabi Musa AS menjadi mercusuar yang menerangi jalan bagi setiap mukmin untuk tetap istiqamah dalam kebenaran.

Kezaliman Firaun dan Penderitaan Bani Israil

Sebelum kedatangaabi Musa AS, Mesir berada di bawah pemerintahan Firaun, seorang raja yang angkuh dan menganggap dirinya tuhan. Firaun melakukan kezaliman yang sistematis terhadap Bani Israil, kaum Nabi Musa, dengan menjadikan mereka budak, mempekerjakan mereka secara paksa, dan bahkan membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil karena kekhawatiran akan munculnya seorang penyelamat dari kaum tersebut, sebagaimana termaktub dalam firman Allah SWT:

“Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak-anak lelaki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas: 4)

Dalam kondisi yang mencekam ini, Nabi Musa lahir dan atas kehendak Allah SWT, ia justru tumbuh besar di istana Firaun sendiri, terlindung dari kebijakan kejam sang raja. Ini adalah bukti kekuasaan Allah yang tak terbatas, menempatkan benih kebaikan di sarang kejahatan untuk menggulingkan kezaliman itu sendiri.

Nabi Musa AS: Utusan Allah yang Penuh Ujian

Setelah dewasa dan melalui berbagai peristiwa, Nabi Musa menerima wahyu kenabian di Lembah Thuwa dan diperintahkan untuk kembali ke Mesir guna menyelamatkan Bani Israil serta mendakwahi Firaun. Tugas ini adalah misi yang amat berat, menghadapi penguasa zalim yang memiliki kekuasaan mutlak dan bala tentara yang kuat. Namun, Nabi Musa tidak gentar. Dengan bekal mukjizat tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan tangan yang bersinar, serta ditemani saudaranya, Harun AS, ia menghadap Firaun.

Pelajaran Kesabaran yang Tiada Batas

Dalam menghadapi Firaun, Nabi Musa menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Firaun dan para pembesar kerajaaya berulang kali menolak, mencemooh, bahkan menuduh Nabi Musa sebagai tukang sihir. Mereka menuntut berbagai mukjizat dan setelah melihatnya pun, mereka tetap ingkar. Nabi Musa tidak pernah menyerah atau putus asa dalam menyampaikan risalah tauhid. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Ayat ini menegaskan bahwa kesabaran adalah kunci pertolongan Allah. Nabi Musa AS mengajarkan bahwa kesabaran bukanlah sikap pasif, melainkan keteguhan hati untuk terus berjuang di jalan kebenaran, menghadapi cobaan dan rintangan dengan keimanan penuh bahwa pertolongan Allah pasti datang pada waktunya.

Keberanian Menghadapi Tirani

Selain sabar, Nabi Musa AS juga adalah simbol keberanian sejati. Menghadap Firaun, penguasa paling tiranik di zamaya, dengan hanya membawa kebenaran dari Allah, adalah tindakan yang membutuhkan keberanian luar biasa. Ia tidak gentar menyuarakan kebenaran di hadapan kekuasaan yang sombong dan kejam. Keberaniaabi Musa bukan berasal dari kekuatan fisik atau jumlah pengikut, melainkan dari keyakinan teguh kepada Allah SWT. Ia berani menyerukan:

“Sesungguhnya aku adalah seorang utusan (yang diutus) Rabb semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan terhadap Allah kecuali yang hak.” (QS. Al-A’raf: 104-105)

Pelajaran penting bagi kita adalah untuk tidak takut menyuarakan kebenaran dan menentang kezaliman, meskipun sendirian, asalkaiat kita murni karena Allah. Keberanian sejati adalah ketika kita mampu berdiri tegak di atas prinsip kebenaran, tanpa terintimidasi oleh ancaman atau godaan duniawi.

Baca juga ini : Pentingnya Bersabar dalam Ujian Kehidupan

Tawakal Sepenuh Hati kepada Allah SWT

Puncak keteladanaabi Musa AS adalah tawakal atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Momen paling dramatis yang menunjukkan tawakal beliau adalah ketika Firaun dan bala tentaranya mengejar Nabi Musa dan Bani Israil hingga tiba di tepi Laut Merah. Di hadapan lautan luas di depan dan pasukan Firaun di belakang, situasi tampak tanpa harapan. Kepanikan melanda Bani Israil, namuabi Musa dengan tenang berucap:

“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara: 62)

Keyakinan teguh ini kemudian dibalas oleh Allah SWT dengan mukjizat terbelahnya Laut Merah, yang menyelamatkaabi Musa dan kaumnya, serta menenggelamkan Firaun beserta pasukaya. Kisah ini menegaskan janji Allah dalam Al-Qur’an:

“Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-Talaq: 3)

Tawakal bukan berarti berdiam diri tanpa usaha, melainkan setelah melakukan segala daya upaya, kita menyerahkan hasilnya sepenuhnya kepada Allah, yakin bahwa Dialah sebaik-baik penolong dan perencana.

Baca juga ini : Memahami Konsep Tawakal dalam Islam

Hikmah di Balik Setiap Ujian

Kisah Nabi Musa AS dan Firaun mengajarkan bahwa kezaliman, sekuat apa pun ia terlihat, pada akhirnya akan hancur oleh kebenaran dan keadilan Allah. Setiap ujian dan cobaan yang dihadapi oleh Nabi Musa dan Bani Israil adalah bagian dari rencana ilahi untuk mengangkat derajat mereka dan menunjukkan kekuasaan Allah. Kemenangan selalu menjadi milik orang-orang yang teguh dalam keimanan, bersabar dalam cobaan, berani membela kebenaran, dan bertawakal sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Ini adalah janji Allah yang tak akan pernah ingkar.

Meneladani Nabi Musa AS berarti menumbuhkan kesabaran di tengah kesulitan, memupuk keberanian untuk menegakkan kebenaran, dan senantiasa berserah diri kepada Allah dalam setiap langkah kehidupan. Dalam era modern ini, kita mungkin tidak berhadapan langsung dengan tirani seperti Firaun, namun berbagai bentuk kezaliman, ketidakadilan, dan godaan duniawi tetap menguji keteguhan iman kita. Dengan menjadikaabi Musa AS sebagai teladan, semoga kita mampu melewati setiap ujian dengan hati yang teguh dan kembali kepada Allah sebagai hamba-hamba yang senantiasa berpegang teguh pada kebenaran.

You may also like