Share

Dzulqa’dah: Memupuk Kesabaran dan Tawakal Menanti Panggilan Baitullah

by Darul Asyraf · 19 Oktober 2025

Bulan Dzulqa’dah seringkali terasa seperti jeda. Ia adalah salah satu dari empat bulan haram (suci) dalam kalender Hijriah, yang memiliki keistimewaan tersendiri. Namun, bagi sebagian besar umat Muslim, Dzulqa’dah juga identik dengan penantian. Penantian akan datangnya bulan Dzulhijjah, bulan di mana jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia akan menunaikan ibadah haji, rukun Islam kelima yang menjadi dambaan setiap Muslim. Momen Dzulqa’dah ini menjadi sangat istimewa, bukan hanya karena keutamaaya sebagai bulan haram, tetapi juga sebagai waktu yang tepat untuk memupuk dua sifat mulia: kesabaran dan tawakal, khususnya bagi mereka yang sedang menanti panggilan suci menuju Tanah Suci Makkah dan Madinah.

Bagi calon jemaah haji yang namanya telah tercatat dalam daftar tunggu yang panjang, setiap bulan yang berlalu adalah bagian dari ujian kesabaran. Dzulqa’dah hadir sebagai pengingat bahwa penantian itu adalah bagian dari ibadah, sebuah proses yang sarat makna dan hikmah. Ini adalah waktu untuk menyiapkan hati, memurnikaiat, dan terus berusaha memperbaiki diri, sembari berserah diri sepenuhnya kepada ketetapan Allah SWT. Memahami esensi Dzulqa’dah sebagai bulan persiapan mental dan spiritual akan membantu kita menghadapi penantian ini dengan jiwa yang lebih tenang dan penuh harap.

Dzulqa’dah: Bulan Suci Penuh Keutamaan

Dzulqa’dah adalah bulan kesebelas dalam kalender Hijriah dan merupakan salah satu dari Asyhurul Hurum, yaitu empat bulan yang dimuliakan Allah SWT. Tiga bulan laiya adalah Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 36:

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Kehormatan bulan-bulan haram ini menunjukkan bahwa di dalamnya terdapat keistimewaan pahala bagi amal kebaikan dan dosa yang dilipatgandakan bagi perbuatan buruk. Oleh karena itu, Dzulqa’dah adalah kesempatan emas untuk meningkatkan ibadah, memperbanyak amal saleh, dan menjauhi segala bentuk maksiat. Berada di bulan ini, kita diingatkan untuk lebih menjaga lisan, perbuatan, dan hati agar senantiasa berada dalam ketaatan.

Menanti Panggilan Allah dengan Sabar

Menunggu panggilan haji, terutama dengan daftar tunggu yang bisa mencapai puluhan tahun di Indonesia, membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Sabar adalah salah satu pilar keimanan dan kunci meraih kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Allah SWT berkali-kali menyebutkan keutamaan sabar dalam Al-Qur’an. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 153, Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Ayat ini menegaskan bahwa sabar dan salat adalah dua media yang dapat menolong kita dalam menghadapi berbagai ujian hidup, termasuk penantian panjang menuju Baitullah. Kesabaran bukan berarti pasrah tanpa berbuat apa-apa, melainkan tetap berusaha semaksimal mungkin sambil menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Selama penantian, kita bisa mempersiapkan diri secara fisik, finansial, dan mental. Mengikuti manasik haji, membaca buku-buku tentang haji dan umrah, serta terus memperdalam ilmu agama adalah bagian dari persiapan yang dapat mengisi waktu penantian dengan kebermanfaatan. Penantian yang diisi dengan kesabaran dan persiapan matang akan terasa lebih ringan dan bermakna.

Baca juga ini : Kiat Mempersiapkan Diri Menuju Baitullah

Tawakal: Berserah Diri Sepenuh Hati

Selain kesabaran, tawakal atau berserah diri sepenuhnya kepada Allah adalah sikap yang harus ada dalam hati setiap Muslim yang menanti panggilan haji. Tawakal adalah puncak dari kepercayaan bahwa segala urusan berada dalam genggaman Allah, dan Dia akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Ketika kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendaftar dan menyiapkan diri, langkah selanjutnya adalah bertawakal, meyakini bahwa Allah akan memanggil kita pada waktu yang paling tepat menurut kehendak-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Surah Ath-Thalaq ayat 3:

Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya). Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.

Ayat ini memberikan jaminan bahwa siapa pun yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupi segala kebutuhaya. Ini adalah janji yang menenangkan hati, bahwa meskipun kita tidak tahu kapan persisnya giliran haji kita tiba, Allah yang Maha Tahu akan mengatur segalanya. Tawakal membuat hati tenang, menghilangkan kegelisahan, dan menguatkan keyakinan bahwa rencana Allah adalah yang terbaik. Ini juga mendorong kita untuk tidak berputus asa, meskipun ada halangan atau rintangan yang mungkin muncul dalam perjalanan menanti haji.

Baca juga ini : Hikmah di Balik Ujian: Memupuk Kesabaran dan Keikhlasan

Memanfaatkan Waktu di Bulan Dzulqa’dah

Bagaimana seharusnya kita mengisi bulan Dzulqa’dah ini sambil menanti panggilan Baitullah? Ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan:

  • Memperbanyak Doa: Teruslah memanjatkan doa agar dimudahkan rezeki dan langkah menuju Tanah Suci. Doa adalah senjata mukmin.
  • Puasa Sunah: Melakukan puasa sunah di bulan-bulan haram, termasuk Dzulqa’dah, memiliki keutamaan tersendiri.
  • Memperbanyak Sedekah: Sedekah dapat melapangkan rezeki dan membersihkan harta, semoga menjadi jalan pembuka menuju haji.
  • Menjaga Silaturahmi: Mempererat tali persaudaraan adalah amalan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
  • Membaca Al-Qur’an dan Dzikir: Mengisi waktu dengan tilawah dan dzikir akan menenangkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah.
  • Mengkaji Ilmu Agama: Mempelajari manasik haji, fikih ibadah, dan sirah Nabi akan menambah bekal ilmu dan spiritual.

Dengan mengisi waktu penantian secara positif dan produktif, Dzulqa’dah tidak akan berlalu begitu saja tanpa makna. Sebaliknya, ia akan menjadi pilar yang menguatkan spiritualitas kita.

Meraih Keberkahan dalam Penantian

Penantian haji yang diwarnai dengan kesabaran dan tawakal sejatinya adalah sebuah ibadah yang besar. Setiap detik penantian yang diisi dengan ketaatan, doa, dan perbaikan diri akan dihitung sebagai amal saleh di sisi Allah. Keberkahan tidak hanya didapatkan saat kita sudah berada di Tanah Suci, tetapi juga dalam setiap langkah persiapan dan penantian yang kita lalui dengan ikhlas. Allah SWT melihat usaha dan kesungguhan hamba-Nya. Jadi, jangan biarkan penantian ini menjadi beban, melainkan jadikan ia sebagai sebuah anugerah untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, membersihkan hati, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk perjalanan spiritual yang agung.

Dzulqa’dah adalah bulan yang memberikan kesempatan bagi kita untuk merenung, memperbaiki diri, dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT. Bagi mereka yang menanti panggilan haji, ini adalah momentum emas untuk memupuk kesabaran dan tawakal, dua bekal utama yang akan membawa kita pada ketenangan jiwa dan keyakinan akan janji Allah. Semoga Allah SWT memudahkan langkah kita semua untuk segera memenuhi panggilan suci-Nya, dan menganugerahkan haji yang mabrur bagi mereka yang telah menunaikaya, serta kesabaran dan kemudahan bagi mereka yang masih dalam penantian. Jadikan setiap hari di bulan suci ini sebagai investasi spiritual untuk meraih keberkahan dunia dan akhirat.

You may also like