Share
1

Mengarungi Jejak Gemilang Kesultanan Banten: Dari Pusat Perdagangan Hingga Benteng Perlawanan Islam

by Darul Asyraf · 23 Oktober 2025

Sejarah Indonesia memiliki banyak kisah heroik dan peradaban yang memukau, salah satunya adalah Kesultanan Banten. Terletak di ujung barat Pulau Jawa, Kesultanan Banten bukan sekadar sebuah kerajaan, melainkan mercusuar peradaban Islam, pusat perdagangan yang ramai, dan benteng pertahanan yang gigih melawan penjajah. Dari abad ke-16 hingga awal abad ke-19, Banten memainkan peran krusial dalam peta politik, ekonomi, dan keagamaausantara. Menelusuri jejaknya berarti menyelami kearifan lokal, semangat juang, dan keteguhan iman yang membentuk karakter bangsa ini.

Kisah Kesultanan Banten dimulai dengan keruntuhan Kerajaan Pajajaran dan kebangkitan kekuatan Islam di Jawa. Banten yang semula merupakan bagian dari Kesultanan Demak, kemudian menjelma menjadi entitas mandiri di bawah kepemimpinan Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati. Dengan lokasi yang sangat strategis di Selat Sunda, gerbang utama jalur pelayaran internasional, Banten tumbuh pesat menjadi bandar niaga kelas dunia yang disegani. Lada menjadi komoditas utama yang menarik pedagang dari berbagai penjuru dunia, mulai dari Tiongkok, India, Arab, Persia, hingga Eropa. Keberadaan para saudagar ini tidak hanya membawa komoditas, tetapi juga pertukaran budaya dan penyebaran gagasan, termasuk ajaran Islam yang semakin mengakar kuat.

Banten Sebagai Pusat Perdagangan dan Jaringan Maritim

Pada masa jayanya, Kesultanan Banten dikenal sebagai “The City of Pepper” karena dominasinya dalam perdagangan lada. Pelabuhaya tidak pernah sepi, menjadi titik temu berbagai bangsa yang membawa rempah-rempah, tekstil, porselen, dan barang dagangan laiya. Kebijakan Kesultanan yang terbuka dan adil terhadap para pedagang asing menjadikan Banten sebagai pelabuhan favorit. Di sini, terjadi asimilasi budaya yang harmonis, menciptakan masyarakat kosmopolitan yang kaya akan keberagaman. Infrastruktur perdagangan yang modern pada masanya, termasuk gudang penyimpanan, dermaga, dan pasar, menunjukkan kemajuan ekonomi yang luar biasa. Sistem mata uang yang teratur dan perlindungan hukum bagi para pedagang juga turut menopang stabilitas dan kemakmuran Banten.

Baca juga ini : Memahami Peran Ulama dalam Sejarah Peradaban Islam

Penyebaran Islam dan Kearifan Dakwah

Seiring dengan geliat perdagangan, Banten juga menjadi salah satu pusat penyebaran Islam yang paling berpengaruh di Nusantara. Peran para ulama dan mubaligh sangat sentral dalam proses Islamisasi ini. Maulana Hasanuddin, sebagai sultan pertama, adalah sosok ulama sekaligus pemimpin yang arif. Beliau dan para penerusnya tidak hanya fokus pada ekspansi wilayah dan ekonomi, tetapi juga pada pembinaan keagamaan masyarakat. Masjid Agung Banten yang berdiri megah menjadi simbol pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan Islam, tempat para ulama mengajarkan ajaran agama, tafsir Al-Quran, hingga ilmu fiqh kepada masyarakat luas.

Metode dakwah yang dilakukan di Banten umumnya bersifat persuasif dan akomodatif, menyesuaikan dengan tradisi dan budaya lokal. Ayat-ayat Al-Quran yang menekankan persatuan dan keadilan, serta hadits-hadits Rasulullah SAW tentang pentingnya berakhlak mulia dan tolong-menolong, menjadi landasan dalam membangun masyarakat yang madani. Semangat untuk menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar) sangat terlihat dalam pemerintahan Kesultanan Banten, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS An-Nahl: 125 yang artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” Inilah yang membuat Islam diterima dengan tangan terbuka oleh sebagian besar penduduk Banten dan wilayah sekitarnya.

Perlawanan Gigih Terhadap Penjajahan

Kehadiran bangsa Eropa, khususnya VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau yang dikenal dengan kongsi dagang Belanda, di wilayah Nusantara membawa ancaman besar bagi kedaulatan Kesultanan Banten. VOC yang serakah ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah, termasuk lada, yang menjadi tulang punggung ekonomi Banten. Namun, Kesultanan Banten tidak gentar. Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1692), Banten menunjukkan semangat perlawanan yang luar biasa. Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu pemimpin paling berani dan visioner dalam sejarah Indonesia yang berjuang mati-matian melawan imperialisme VOC.

Sultan Ageng Tirtayasa menerapkan strategi diplomasi sekaligus militer yang cerdik. Beliau memperkuat angkatan laut, menjalin hubungan dengan kekuatan asing lain seperti Inggris dan Denmark untuk menyaingi VOC, serta membangun jaringan perlawanan rakyat. Konflik bersenjata seringkali pecah, menunjukkan betapa gigihnya rakyat Banten mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka. Meskipun akhirnya VOC berhasil melemahkan Banten melalui politik adu domba, semangat perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa dan para pejuang Banten laiya telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan, menjadi inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya. Keberanian ini adalah cerminan dari keyakinan untuk membela kebenaran dan keadilan.

Baca juga ini : Pentingnya Ekonomi Syariah dalam Pembangunan Umat

Warisan Budaya dan Keagamaan Banten

Meski Kesultanan Banten pada akhirnya mengalami kemunduran, warisaya tetap hidup hingga kini. Salah satu peninggalan monumental adalah Masjid Agung Banten dengan menaranya yang unik, memadukan arsitektur lokal dan pengaruh Eropa. Di sekitar masjid terdapat kompleks makam para sultan dan ulama, yang hingga kini ramai diziarahi. Selain itu, peninggalan Keraton Surosowan, meskipun tinggal puing-puing, tetap menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu. Tradisi keagamaan seperti Maulid Nabi dan ritual-ritual adat laiya yang bernafaskan Islam juga masih lestari di masyarakat Banten.

Kesenian tradisional seperti debus, seni bela diri yang diiringi kekebalan tubuh, juga merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Banten. Semua warisan ini bukan hanya sekadar benda mati atau tradisi usang, melainkan cerminan dari nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi, menunjukkan kekayaan spiritual dan kultural yang dibentuk oleh perpaduan antara ajaran Islam dan kearifan lokal.

Kesultanan Banten adalah bukti nyata bahwa sebuah peradaban dapat tumbuh subur melalui harmoni perdagangan, kekuatan agama, dan semangat perlawanan. Kisahnya mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kedaulatan, semangat juang, dailai-nilai keislaman yang toleran dan adil. Warisan Banten tidak hanya berupa bangunan fisik, tetapi juga semangat pantang menyerah dan identitas keislaman yang kuat, terus menginspirasi kita untuk membangun masa depan yang lebih baik berdasarkan fondasi sejarah yang kokoh.

You may also like