Di era digital yang serba cepat ini, mungkin Anda pernah mendengar atau bahkan merasakan sensasi Fear of Missing Out, atau yang lebih dikenal dengan FOMO. Perasaan cemas, gelisah, atau khawatir akan tertinggal informasi, pengalaman, atau kesenangan yang sedang dialami orang lain adalah hal yang sangat umum. Media sosial seringkali menjadi pemicu utama, di mana kita disajikan tayangan tentang kesuksesan, liburan mewah, atau pencapaian teman-teman yang kadang membuat kita merasa kurang dan tidak puas dengan apa yang kita miliki.
FOMO bukanlah sekadar fenomena biasa, melainkan bisa memengaruhi kesehatan mental dan spiritual kita. Ia mendorong kita untuk terus membandingkan diri, mengejar hal-hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan, dan ujung-ujungnya menjauhkan kita dari rasa syukur. Namun, sebagai seorang Muslim, kita memiliki resep ampuh yang telah diajarkan dalam Islam untuk meredakan gejolak FOMO ini, yaitu dengan menerapkan konsep Qana’ah (rasa cukup) dan Syukur (bersyukur). Dua prinsip ini bukan hanya teori, melainkan jalan menuju kedamaian hati yang sejati, di tengah gempuran dunia yang tak pernah berhenti menggoda.
Mengenal Lebih Dekat Fenomena FOMO
FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out, yang secara harfiah berarti “takut ketinggalan”. Ini adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa cemas dan khawatir jika ia tidak terlibat dalam suatu kegiatan atau pengalaman yang sedang dilakukan orang lain. Perasaan ini diperparah dengan kemudahan akses informasi melalui media sosial, di mana kita bisa melihat orang lain melakukan hal-hal “menyenangkan” atau “sukses” secara instan.
Dampak FOMO bisa bermacam-macam, mulai dari sering memeriksa ponsel, merasa tidak bahagia dengan kehidupan sendiri, hingga membuat keputusan impulsif hanya untuk “ikut-ikutan” atau demi pencitraan. Dalam jangka panjang, FOMO dapat mengikis rasa percaya diri, meningkatkan tingkat stres, dan menjauhkan kita dari fokus pada tujuan hidup yang sebenarnya. Kita jadi terjebak dalam lingkaran setan perbandingan dan keinginan yang tak ada habisnya.
Qana’ah: Kunci Ketenangan di Tengah Hiruk Pikuk Dunia
Dalam Islam, konsep qana’ah memiliki makna yang sangat mendalam. Qana’ah adalah menerima dan merasa cukup atas apa yang Allah berikan, tanpa mengeluh dan tanpa berambisi yang berlebihan terhadap sesuatu yang bukan miliknya. Ini bukan berarti pasrah tanpa berusaha, melainkan menyadari bahwa rezeki dan takdir Allah adalah yang terbaik untuk kita, dan menerima itu dengan lapang dada.
Sikap qana’ah akan membebaskan hati dari belenggu nafsu dan tuntutan dunia yang tak ada habisnya. Ketika kita merasa cukup, kita tidak akan mudah terpengaruh oleh apa yang orang lain miliki atau tunjukkan. Kita akan fokus pada keberkahan yang sudah ada di tangan, bukan pada fatamorgana yang ada di depan mata orang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan pasti akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)
Kehidupan yang baik di sini salah satunya ditafsirkan sebagai kehidupan yang dipenuhi qana’ah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
"Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan dia merasa qana’ah (puas) dengan apa yang Allah berikan kepadanya." (HR. Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada banyaknya harta, melainkan pada ketenangan hati yang didapat dari sikap qana’ah. Dengan qana’ah, kita tidak akan mudah iri atau dengki, dan hati kita akan dipenuhi rasa damai.
Baca juga ini : Tips Mengelola Keuangan Sesuai Syariat Islam
Syukur: Menguatkan Hati dan Membuka Pintu Keberkahan
Setelah qana’ah, pilar kedua untuk meredakan FOMO adalah syukur. Syukur adalah mengakui, menghargai, dan menggunakaikmat Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Syukur bukan hanya sekadar mengucapkan “Alhamdulillah”, tetapi juga merasakaya dalam hati dan menunjukkaya melalui tindakan. Ketika kita bersyukur, kita akan menyadari betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan, yang seringkali kita lupakan karena terlalu fokus pada apa yang tidak kita miliki.
Allah telah berjanji akan menambah nikmat bagi hamba-Nya yang bersyukur:
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’" (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini adalah motivasi terbesar untuk senantiasa bersyukur. Semakin kita bersyukur, semakin Allah bukakan pintu-pintu keberkahan dalam hidup kita. Syukur juga mengubah perspektif kita; dari melihat “kekurangan” menjadi melihat “kelebihan”. Ketika FOMO mendorong kita untuk melihat apa yang orang lain miliki, syukur menarik kita kembali untuk menghargai apa yang sudah kita dapatkan.
Bayangkan, berapa banyak nikmat yang kita terima setiap hari? Mulai dari kesehatan, keluarga, pekerjaan, makanan, bahkan sekadar bisa bernapas lega. Dengan menghitung nikmat-nikmat ini, hati akan terasa lebih lapang dan damai. Kita akan merasa kaya, bukan karena harta benda, tetapi karena limpahan karunia Allah.
Menerapkan Qana’ah dan Syukur dalam Kehidupan Sehari-hari
Bagaimana cara mempraktikkan qana’ah dan syukur untuk meredakan FOMO?
- Batasi Paparan Media Sosial: Kurangi waktu menelusuri media sosial. Ingatlah bahwa apa yang ditampilkan di media sosial seringkali hanyalah “highlight” terbaik dari kehidupan seseorang, bukan keseluruhan realita.
- Fokus pada Diri Sendiri: Arahkan energi untuk mengembangkan diri, mencapai tujuan pribadi, dan beribadah kepada Allah. Setiap orang memiliki garis takdirnya sendiri.
- Latihan Bersyukur Setiap Hari: Biasakan menulis atau mengingat 3-5 hal yang Anda syukuri setiap hari. Ini bisa hal kecil sekalipun, seperti secangkir kopi hangat atau senyuman dari orang terdekat.
- Lihat ke Bawah (dalam urusan dunia): Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk melihat orang yang lebih rendah kehidupaya dalam urusan dunia, agar kita tidak meremehkaikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Namun, dalam urusan akhirat, lihatlah orang yang lebih tinggi amal ibadahnya untuk memotivasi diri.
- Sederhanakan Gaya Hidup: Hidup minimalis atau secukupnya membantu mengurangi keinginan untuk memiliki lebih banyak hal yang tidak esensial. Ini akan menumbuhkan qana’ah.
- Perbanyak Dzikir: Mengingat Allah akan menenangkan hati dan menjauhkan kita dari perasaan gelisah dan cemas, termasuk FOMO.
Baca juga ini : Pentingnya Dzikir dalam Menjaga Ketenangan Jiwa
Kedamaian Hati ala Muslim: Hasil dari Qana’ah dan Syukur
Ketika qana’ah dan syukur telah mendarah daging dalam diri seorang Muslim, FOMO akan kehilangan kekuataya. Hati yang tenang tidak lagi membutuhkan validasi dari luar atau perbandingan dengan orang lain. Kedamaian sejati datang dari dalam, dari kesadaran bahwa Allah adalah sebaik-baik Pemberi Rezeki, dan bahwa apa yang ada pada kita adalah anugerah terbaik dari-Nya.
Qana’ah dan syukur adalah jembatan menuju kehidupan yang lebih bermakna, penuh berkah, dan jauh dari tekanan duniawi. Ini adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan yang hakiki, yang tidak bergantung pada kondisi eksternal, melainkan pada hubungan kita dengan Sang Pencipta. Jadi, mari kita redakan FOMO dengan merangkul qana’ah dan syukur, menemukan kedamaian hati yang dijanjikan bagi mereka yang beriman dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan demikian, kita tidak hanya menemukan ketenangan, tetapi juga meraih keberkahan dalam setiap aspek kehidupan kita, insya Allah.
Keren! Qana’ah dan syukur memang resep jitu meredakan FOMO. Hati jadi lebih tentram dan bahagia dengan apa yang ada.