Share

Kekuatan Tawakal: Pelajaran dari Ulama Perintis Dakwah Nusantara

by Darul Asyraf · 18 Agustus 2025

Kisah penyebaran Islam di bumi Nusantara adalah narasi panjang tentang keteguhan hati, kesabaran, dan tentu saja, tawakal. Para ulama perintis dakwah yang datang ke tanah air ini bukan hanya membawa ajaran agama, tetapi juga sebuah filosofi hidup yang kokoh: berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT di tengah berbagai keterbatasan. Mereka menghadapi tantangan yang luar biasa, mulai dari medan geografis yang sulit, perbedaan budaya dan bahasa, hingga keterbatasan sumber daya. Namun, dengan tawakal sebagai bekal utama, mereka mampu menancapkan fondasi Islam yang kini menjadi agama mayoritas di Indonesia.

Tawakal adalah inti dari keimanan seorang Muslim, yaitu menyerahkan segala urusan dan hasil usaha kepada Allah setelah berusaha sekuat tenaga. Konsep ini bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan sebuah keyakinan bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang berikhtiar dan bergantung kepada-Nya. Para ulama perintis di Nusantara adalah teladayata bagaimana tawakal menjadi kekuatan tak terbatas.

Menghadapi Keterbatasan dengan Tawakal

Mari kita bayangkan sejenak kondisi para ulama di masa lampau. Mereka berlayar mengarungi samudra luas, menembus hutan belantara, dan berjalan kaki menyusuri desa-desa terpencil. Mereka tidak memiliki teknologi canggih, media massa, atau dukungan finansial yang besar layaknya organisasi dakwah modern. Yang mereka miliki hanyalah ilmu, iman, dan keyakinan teguh pada pertolongan Allah.

  • Keterbatasan Sumber Daya: Alat transportasi seadanya, bekal makanan yang terbatas, dan ketiadaan fasilitas modern adalah pemandangan sehari-hari. Mereka bergantung pada kebaikan penduduk lokal dan rezeki yang tak terduga dari Allah.
  • Hambatan Komunikasi dan Budaya: Bahasa yang berbeda dan adat istiadat yang beragam menjadi tantangan besar. Mereka harus belajar beradaptasi, memahami, dan menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang mudah diterima oleh masyarakat setempat, seringkali melalui pendekatan budaya yang inklusif.
  • Lingkungan yang Tidak Selalu Kondusif: Ada kalanya mereka bertemu dengan penolakan atau bahkan perlawanan. Namun, dengan kesabaran dan tawakal, mereka terus berdakwah, menunjukkan akhlak mulia, hingga akhirnya Islam diterima secara luas.

Baca juga ini : Urgensi Pilih Sumber Ilmu Agama di Era Digital

Tawakal dalam Perspektif Islam

Dalam Al-Quran, Allah SWT berulang kali menegaskan pentingnya tawakal. Salah satu ayat yang sangat menguatkan adalah firman-Nya:

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-Talaq: 3)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa ketika seorang hamba benar-benar berserah diri kepada Allah setelah berikhtiar, maka Allah akan memenuhi segala kebutuhaya. Ini adalah janji Allah yang pasti. Para ulama perintis dakwah di Nusantara memahami betul janji ini, menjadikan tawakal sebagai benteng terkuat mereka. Mereka meyakini bahwa setiap kesulitan akan ada jalan keluarnya, dan setiap usaha yang tulus akan diberkahi.

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberikan rezeki sebagaimana burung diberikan rezeki, ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang pada petang hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini memberikan gambaran betapa tawakal yang sempurna dapat menarik rezeki dan pertolongan dari Allah. Burung yang tidak menyimpan makanan, hanya bertawakal pada rezeki Allah setiap harinya, selalu mendapatkan bagiaya. Begitu pula para ulama, mereka mungkin tidak tahu dari mana rezeki atau bantuan akan datang, tetapi keyakinan mereka kepada Allah tidak pernah goyah.

Baca juga ini : Ketenangan Jiwa di Era Digital: Perspektif Islam untuk Kesehatan Mental

Warisan Tawakal bagi Kita

Kisah keteguhan tawakal para ulama perintis dakwah di Nusantara mengajarkan kita banyak hal. Di era modern ini, meskipun tantangan yang kita hadapi berbeda, prinsip tawakal tetap relevan. Kita mungkin menghadapi keterbatasan ekonomi, kesulitan dalam berdakwah di tengah arus informasi yang deras, atau hambatan dalam mencapai tujuan hidup. Namun, dengan belajar dari para ulama terdahulu, kita diingatkan untuk selalu berikhtiar semaksimal mungkin, kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Tawakal adalah kunci ketenangan hati dan kekuatan jiwa. Ia membebaskan kita dari kegelisahan akan masa depan dan kekecewaan atas kegagalan, karena kita tahu bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman Allah. Ini adalah warisan tak ternilai yang perlu kita pegang teguh dalam setiap aspek kehidupan, melanjutkan perjuangan dakwah dan kebaikan dengan semangat yang sama seperti para pendahulu kita.

You may also like