Share

Hikmah Kisah Nabi Musa dan Khidir: Pelajaran Sabar di Balik Takdir Ilahi

by Darul Asyraf · 3 September 2025

Kisah pertemuan dua nabi agung, Nabi Musa AS daabi Khidir AS, adalah salah satu cerita paling memukau dan penuh hikmah dalam Al-Qur’an. Dinarasikan dalam Surah Al-Kahf, kisah ini bukan sekadar narasi sejarah, melainkan permadani pelajaran mendalam tentang kesabaran, kerendahan hati dalam mencari ilmu, dan pemahaman akan luasnya kebijaksanaan Allah SWT yang seringkali tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa yang tampak tidak masuk akal bagi akal manusia.

Bagi sebagian dari kita, hidup ini terkadang menyajikan takdir yang terasa berat, di luar nalar, atau bahkan tidak adil. Namun, kisah Nabi Musa dan Khidir mengajak kita untuk merenung, bahwa di balik setiap kejadian, ada rencana ilahi yang lebih besar dan penuh kebaikan. Kisah ini adalah pengingat bahwa keimanan sejati diuji oleh kemampuan kita untuk berserah diri dan percaya sepenuhnya pada ketentuan-Nya.

Pertemuan Dua Insan Pilihan Allah: Menuntut Ilmu dari Sumber Tak Terduga

Nabi Musa AS, seorang rasul yang mulia dan memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah, pernah merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling berilmu. Namun, Allah ingin mengajarkan kepadanya bahwa ada ilmu yang lebih tinggi, yang hanya diberikan kepada hamba pilihan-Nya. Allah SWT berfirman:

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua lautan; atau aku akan berjalan terus sampai bertahun-tahun.” (QS. Al-Kahf: 60)

Perjalanaabi Musa untuk mencari ilmu ini menunjukkan betapa besar hasrat beliau dalam menuntut pengetahuan, bahkan dari sosok yang, pada mulanya, tampak biasa saja. Pertemuan ini menggarisbawahi pentingnya kerendahan hati. Meskipun seorang nabi dan rasul, Nabi Musa rela menjadi murid, duduk belajar dari hamba Allah yang lain, Nabi Khidir, yang dikaruniai ilmu langsung dari sisi-Nya (ilmu ladui).

Baca juga ini : Adab Penuntut Ilmu di Era Digital: Raih Ilmu Berkah!

Tiga Peristiwa Ajaib: Ujian Kesabaran dan Pemahaman

Selama perjalanan bersama, Nabi Khidir mensyaratkan kepada Nabi Musa untuk tidak bertanya tentang apa pun yang dilihatnya sampai Nabi Khidir sendiri yang menjelaskan. Namun, tiga kejadian berurutan menguji kesabaran dan pemahamaabi Musa:

  1. Melubangi Perahu: Ketika mereka menaiki perahu nelayan miskin, Nabi Khidir tiba-tiba melubangi perahu itu. Nabi Musa terkejut dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, mengapa ia melakukan perbuatan yang membahayakan pemilik perahu yang telah berbaik hati kepada mereka.
  2. Membunuh Seorang Anak Muda: Setelah itu, mereka bertemu dengan seorang anak muda, lalu Nabi Khidir membunuhnya. Nabi Musa semakin terkejut dan geram, menganggap perbuatan itu keji dan tanpa alasan.
  3. Mendirikan Dinding Hampir Roboh: Terakhir, di sebuah desa yang pelit dan enggan menjamu mereka, Nabi Khidir malah memperbaiki dinding rumah yang hampir roboh tanpa meminta upah. Nabi Musa pun kembali mempertanyakan tindakan yang tidak masuk akal itu.

Setiap kali Nabi Musa bertanya, Nabi Khidir mengingatkaya akan janji kesabaran. Hingga pada akhirnya, Nabi Khidir menjelaskan hikmah di balik setiap perbuataya:

Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu yang baik. Adapun anak muda itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir dia akan mendorong kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. Adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta milik mereka, dan ayah mereka adalah orang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan mengeluarkan simpanaya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu. (QS. Al-Kahf: 79-82)

Hikmah di Balik Takdir yang Tersembunyi

Dari penjelasaabi Khidir, kita memahami bahwa di balik setiap takdir yang tampak buruk atau janggal, ada kebijaksanaan dan kebaikan yang lebih besar dari Allah SWT. Perahu dilubangi untuk menyelamatkan dari raja zalim, anak muda dibunuh untuk melindungi keimanan orang tuanya, dan dinding diperbaiki untuk menjaga harta anak yatim. Semua ini adalah bukti ilmu Allah yang Maha Luas dan kasih sayang-Nya yang tak terbatas.

Kisah ini mengajarkan kita untuk senantiasa berprasangka baik kepada Allah (husnudzan billah) dalam setiap kondisi. Manusia dengan keterbatasan pengetahuaya seringkali terburu-buru menghakimi atau mengeluh atas suatu kejadian. Padahal, Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Kesabaran adalah kunci utama dalam menghadapi takdir. Nabi Musa, seorang nabi besar, pun diuji kesabaraya dan diingatkan akan batas pengetahuaya.

Baca juga ini : Kuatkan Iman dengan Sabar Syukur Saat Berbagi

Mari kita renungkan, berapa banyak peristiwa dalam hidup kita yang awalnya terasa pahit, namun kemudian terungkap hikmah dan kebaikaya? Mungkin kehilangan pekerjaan membuka jalan menuju karir yang lebih baik, sakit menjadi penggugur dosa, atau kegagalan menjadi motivasi untuk bangkit lebih kuat. Semua adalah bagian dari rencana Allah.

Pelajaran terpenting dari kisah ini adalah memperkuat keimanan dan tawakal kita kepada Allah. Di tengah ketidakpastian hidup, di antara ombak cobaan dan badai takdir, jadikan kesabaran dan kerendahan hati sebagai bekal. Percayalah bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya, dan setiap ketetapan-Nya adalah yang terbaik, meskipun akal kita belum mampu menyelami seluruh rahasianya. Teruslah belajar, teruslah bersabar, dan yakinlah pada kebijaksanaan Ilahi yang sempurna.

You may also like