Share

Tahun Baru Islam 1447 H: Muharram, Kemerdekaan, dan Resolusi Muslim

by Darul Asyraf · 5 Agustus 2025

Setiap pergantian tahun adalah momentum istimewa untuk menoleh ke belakang, mengambil pelajaran, dan menyongsong masa depan dengan harapan baru. Bagi umat Muslim, tahun baru Hijriah, yang diawali dengan bulan Muharram, memiliki makna yang sangat mendalam. Di tahun 2025 ini, semangat menyongsong 1 Muharram 1447 H akan terasa semakin istimewa karena diperkirakan jatuh pada akhir Juli, namun gaung dan resonansi perayaaya akan berdekatan dengan salah satu momen paling sakral bagi bangsa Indonesia: Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus.

Perpaduan antara tahun baru Hijriah yang mengajarkan semangat hijrah dan pembaharuan, dengan Hari Kemerdekaan yang membangkitkan spirit perjuangan dan kemandirian, menawarkan kesempatan emas bagi setiap pribadi Muslim untuk melakukan refleksi ganda. Ini adalah saatnya kita meresapi makna kemerdekaan sejati, baik secara lahiriah sebagai bangsa, maupun secara batiniah sebagai hamba Allah yang senantiasa berhijrah menuju kebaikan.

Muharram: Bulan Mulia Pembuka Tahun Hijriah

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriah dan merupakan salah satu dari empat bulan haram (mulia) dalam Islam, di samping Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Keistimewaaya tidak hanya terletak pada posisinya sebagai pembuka tahun, tetapi juga karena peristiwa bersejarah Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah menjadi landasan penanggalan ini. Hijrah bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan simbol perpindahan dari kondisi yang buruk menuju yang lebih baik, dari kegelapan menuju cahaya, dari keterpurukan menuju harapan.

Dalam bulan Muharram, terdapat amalan suah yang sangat dianjurkan, yaitu puasa Tasu’a (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram). Puasa pada tanggal 10 Muharram memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Puasa hari Asyura itu dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Disuahkan pula untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram sebagai pembeda dengan amalan kaum Yahudi, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Jika aku masih hidup sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Muharram).” (HR. Muslim).

Sinergi Tahun Baru Islam dan Hari Kemerdekaan RI

Meski 1 Muharram 1447 H diperkirakan jatuh pada akhir Juli 2025, semangat pembaharuan dan resolusi yang dibawanya akan berlanjut dan berpadu harmonis dengan suasana perayaan Hari Kemerdekaan RI di bulan Agustus. Kedua momentum ini mengajarkan kita tentang perjuangan, pengorbanan, dan pentingnya sebuah permulaan baru.

  • Semangat Hijrah dan Kemerdekaan: Hijrah Nabi SAW adalah perjuangan untuk mendirikan masyarakat yang adil dan beradab. Begitu pula perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah hijrah dari penjajahan menuju kedaulatan, dari penindasan menuju keadilan.
  • Syukur dan Refleksi: Keduanya adalah momentum untuk bersyukur atas nikmat kebebasan dan kesempatan untuk menjadi lebih baik. Bersyukur atas kemerdekaan beragama dan berbangsa, serta merenungkan sejauh mana kita telah memanfaatkan kemerdekaan tersebut untuk meraih ridha Allah dan kemajuan bangsa.
  • Resolusi dan Pembangunan: Baik tahun baru Islam maupun Hari Kemerdekaan mengajak kita untuk menyusun resolusi. Bagi umat Muslim, resolusi spiritual dan duniawi, sementara bagi bangsa, resolusi untuk pembangunan dan kemajuan yang berkelanjutan.

Amalan dan Persiapan Pribadi Muslim Menyambut 1447 H

Sebagai pribadi Muslim, ada beberapa amalan dan persiapan yang bisa kita lakukan untuk menyambut Tahun Baru Islam 1447 H dan meresapi spirit kemerdekaan:

1. Muhasabah Diri (Introspeksi)

Awal tahun adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi diri. Renungkan apa saja yang telah kita lakukan di tahun sebelumnya. Apakah amal ibadah kita meningkat? Bagaimana hubungan kita dengan Allah, keluarga, dan sesama? Firman Allah SWT:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Ini adalah seruan untuk senantiasa berhitung dengan diri sendiri.

2. Taubat dan Istighfar

Setelah muhasabah, jika ditemukan kekurangan atau dosa, segeralah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Memulai tahun dengan hati yang bersih dari dosa-dosa masa lalu akan membuka lembaran baru yang penuh berkah. Perbanyaklah membaca istighfar dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

3. Menetapkan Resolusi dan Tujuan Baru

Dengan semangat hijrah, tetapkan tujuan-tujuan baru yang realistis dan terukur, baik untuk urusan dunia maupun akhirat. Misalnya: lebih rajin salat Dhuha, khatam Al-Qur’an, menuntut ilmu agama, meningkatkan kualitas pekerjaan, menjaga kesehatan, atau bahkan merencanakan langkah untuk memastikan keberkahan rezeki dengan memastikan konsumsi yang halal. Dalam konteks ini, partisipasi dalam program sertifikasi halal yang diselenggarakan oleh BPJPH, seperti yang didukung oleh LP3H Darul Asyraf, merupakan bentuk ikhtiar nyata dalam memastikan keberkahan rezeki bagi pribadi dan keluarga.

4. Memperbanyak Amalan Suah dan Kebaikan

Selain puasa Tasu’a dan Asyura, bulan Muharram juga menjadi momentum untuk memperbanyak sedekah, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan melakukan amalan-amalan kebaikan laiya. Setiap kebaikan yang dilakukan di bulan mulia ini insya Allah akan dilipatgandakan pahalanya.

5. Mempererat Silaturahmi

Maafkan kesalahan sesama, kunjungi sanak saudara, dan pererat tali persaudaraan. Tahun baru adalah waktu yang tepat untuk menyambung kembali ikatan yang renggang dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Tahun Baru Islam 1447 H yang berpadu dengan spirit Hari Kemerdekaan RI di bulan Agustus 2025 adalah anugerah yang patut kita sambut dengan penuh kesadaran. Ini adalah kesempatan emas untuk merangkai kembali niat, menyusun ulang strategi hidup, dan melangkah maju sebagai pribadi Muslim yang lebih baik, sekaligus sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Mari jadikan momen ini sebagai titik tolak untuk berhijrah menuju kebaikan yang lebih menyeluruh, baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, daegara, menuju ridha Allah SWT.

You may also like