Di era digital yang serba cepat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang, termasuk para muslimah. Lebih dari sekadar ajang berbagi momen pribadi, media sosial menawarkan potensi luar biasa untuk menyebarkan kebaikan, inspirasi, dailai-nilai Islam. Bagi seorang muslimah, membangun personal branding yang inspiratif di media sosial bukan hanya tentang tampil menawan, tetapi juga bagaimana ia bisa menjadi duta dakwah yang menyuarakan kebenaran, kearifan, dan akhlak mulia, sembari senantiasa menjaga etika digital yang Islami.
Personal branding adalah bagaimana seseorang mempresentasikan dirinya di hadapan publik, baik secara daring maupun luring. Bagi muslimah, ini berarti menampilkan identitas keislaman yang kuat, positif, dan otentik. Bukan untuk mencari pujian atau popularitas semata, melainkan untuk menegakkan syiar Islam dan menginspirasi sesama. Ini adalah ladang dakwah baru, di mana setiap unggahan, setiap interaksi, bisa menjadi amal jariyah jika diniatkan dengan ikhlas karena Allah SWT.
Memahami Personal Branding dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, konsep personal branding mungkin tidak dikenal secara harfiah, namun esensinya sangat selaras dengan anjuran untuk menjadi pribadi yang bermanfaat (khairuas anfa’uhum lias), menyebarkan kebaikan, dan menjadi teladan. Rasulullah SAW sendiri adalah teladan terbaik dalam membangun “brand” personal yang sangat kuat melalui kejujuran (shiddiq), amanah, fatanah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan). Muslimah diajak untuk meneladani sifat-sifat mulia ini dalam setiap aspek kehidupaya, termasuk di media sosial.
Personal branding Islami bukan tentang memamerkan kemewahan atau mencari pengakuan (riya’), melainkan tentang bagaimana kita bisa menjadi “cahaya” kecil yang menerangi orang lain dengan ilmu, inspirasi, dan akhlak. Tujuan utamanya adalah meraih ridha Allah dan menjadi bagian dari penyebar kebaikan di muka bumi.
Niat dan Keikhlasan sebagai Pondasi Utama
Segala amal perbuatan dalam Islam bergantung pada niatnya. Pun demikian halnya dengan aktivitas di media sosial. Sebelum mengunggah sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: “Apa niatku mengunggah ini? Apakah untuk mencari pujian? Atau untuk berbagi manfaat, ilmu, dan kebaikan semata-mata karena Allah?” Keikhlasan adalah kunci agar personal branding yang dibangun tidak menjerumuskan pada kesombongan atau riya’.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Ayat ini menegaskan pentingnya keikhlasan dalam beribadah dan segala bentuk ketaatan. Media sosial bisa menjadi sarana ibadah jika diniatkan untuk dakwah dan menyebarkan kebaikan. Menjaga niat tetap lurus adalah tantangan, namun dengan kesadaran dan muhasabah diri, seorang muslimah bisa terus berada di jalan yang benar.
Baca juga ini : Pentingnya Menjaga Keikhlasan dalam Beramal Shaleh
Menciptakan Konten Inspiratif dan Bermakna
Setelah niat lurus, langkah selanjutnya adalah menciptakan konten yang berkualitas, inspiratif, dan sesuai syariat. Muslimah memiliki beragam potensi untuk dibagikan:
- Berbagi Ilmu dan Pengetahuan: Unggahlah kutipan Qur’an atau Hadits, hikmah dari kajian, tips parenting Islami, resep makanan halal, atau review buku-buku Islami yang mencerahkan. Pastikan sumbernya valid dan shahih.
- Menunjukkan Gaya Hidup Islami yang Positif: Bagikan rutinitas ibadah, kegiatan sosial, hobi yang bermanfaat, atau cara mengelola rumah tangga Islami. Ini bisa menginspirasi muslimah lain untuk mendekatkan diri pada Allah.
- Inspirasi Busana Muslimah (Modest Fashion): Jika Anda tertarik di bidang fashion, tunjukkan gaya berbusana syar’i yang tetap santun, menawan, dan mengikuti perkembangan zaman tanpa melanggar batasan aurat.
- Dukungan Komunitas dan Sosial: Gunakan platform Anda untuk menyuarakan isu-isu kemanusiaan, mendukung kegiatan sosial, atau menggalang dana untuk mereka yang membutuhkan. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin.
Penting untuk selalu memastikan konten yang diunggah adalah positif, membangun, dan tidak mengandung unsur ghibah (menggunjing), fitnah, atau hal-hal yang tidak senonoh.
Menjaga Etika Digital Islami
Media sosial adalah ruang publik, dan etika Islam mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga lisan, pandangan, dan perbuatan. Dalam konteks digital, ini berarti:
Menjaga Lisan dan Tulisan
Setiap kata yang kita tulis atau ucapkan di media sosial akan dimintai pertanggungjawaban. Hindari berkomentar kasar, menghakimi, menyebar hoax, atau terlibat dalam perdebatan yang tidak bermanfaat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadilah pribadi yang menebarkan kedamaian, bukan kebencian.
Menjaga Aurat dan Pandangan
Bagi muslimah, menjaga aurat adalah wajib. Ini berlaku juga di media sosial. Pastikan foto atau video yang diunggah tidak menampilkan aurat secara terbuka, tidak berlebihan dalam berpose (tabarruj), dan tidak mengundang pandangan yang tidak semestinya. Demikian pula, hindari melihat atau menyukai konten yang tidak pantas.
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nur ayat 31:
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangaya, dan memelihara kemaluaya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasaya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.”
Ayat ini menjadi landasan kuat bagi muslimah untuk menjaga kehormatan dan kesantunan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Bijak dalam Berinteraksi
Berinteraksilah secara positif. Sampaikan kritik dengan santun, berikan dukungan yang tulus, dan hindari konflik yang tidak perlu. Ingatlah bahwa jejak digital akan selalu ada, dan apa yang kita unggah hari ini bisa menjadi cerminan diri kita di masa depan.
Baca juga ini : Adab Muslimah di Era Digital: Antara Syariat dan Teknologi
Menjadi Teladan yang Positif dan Istiqamah
Membangun personal branding yang inspiratif memerlukan waktu, konsistensi (istiqamah), dan keteladanan. Jadilah pribadi yang autentik, jangan berpura-pura menjadi orang lain. Biarkan akhlak dan kebaikan Anda terpancar secara alami. Jika ada kritik atau komentar negatif, hadapi dengan lapang dada dan jadikan sebagai bahan introspeksi.
Ingatlah bahwa setiap muslimah adalah duta Islam. Setiap perilaku dan perkataan di media sosial akan mencerminkan citra Islam itu sendiri. Dengaiat yang lurus, konten yang bermakna, dan etika digital yang Islami, seorang muslimah dapat menjadi sumber inspirasi yang tak terbatas, menyebarkan kebaikan, dan berkontribusi positif bagi umat.
Membangun personal branding sebagai muslimah inspiratif di media sosial adalah perjalanan spiritual sekaligus kontribusi sosial. Ini adalah kesempatan untuk memaksimalkan potensi diri dalam menyebarkan dakwah, memberikan manfaat, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Suah, setiap muslimah bisa menjadi mercusuar kebaikan di tengah hiruk pikuk dunia maya.
