Share

Jejak Gemilang Ulama Perempuan Aceh: Penjaga Cahaya Islam nan Abadi

by Darul Asyraf · 30 Oktober 2025

Aceh, sebuah provinsi di ujung barat Indonesia, telah lama dikenal sebagai “Serambi Mekkah.” Julukan ini bukan tanpa alasan. Sejak awal masuknya Islam, Aceh menjadi salah satu pusat peradaban dan penyebaran agama Islam yang paling berpengaruh di Nusantara. Dalam sejarah panjang ini, peran ulama, baik laki-laki maupun perempuan, tak terpisahkan dari denyut nadi keagamaan dan kemasyarakatan. Khususnya, kiprah ulama perempuan sering kali tersembunyi di balik lembaran sejarah yang didominasi oleh tokoh laki-laki. Namun, jejak mereka begitu kuat, membentuk fondasi ajaran Islam yang kokoh dan tak lekang oleh zaman di tanah Rencong.

Artikel ini akan menyingkap tirai sejarah untuk melihat lebih dekat bagaimana para ulama perempuan di Aceh berperan penting dalam menyebarkan, mempertahankan, dan memperkaya ajaran Islam. Mereka bukan sekadar pendidik atau pengajar, melainkan juga pejuang, pemimpin spiritual, dan teladan yang menginspirasi generasi demi generasi. Dari istana hingga dayah-dayah terpencil, suara dan kebijaksanaan mereka menggaung, meneguhkan posisi perempuan dalam tradisi keilmuan Islam yang cemerlang.

Baca juga ini : Pentingnya Sertifikasi Halal: Menjamin Keberkahan Konsumsi Umat

Sejarah Singkat dan Tokoh Ulama Perempuan Aceh

Sejarah Aceh mencatat banyak nama ulama perempuan yang memiliki pengaruh besar. Salah satu yang paling menonjol adalah Laksamana Malahayati, seorang panglima perang yang juga dikenal memiliki pemahaman agama yang mendalam. Namun, selain tokoh pejuang, ada pula ulama perempuan murni yang fokus pada bidang keilmuan dan spiritual. Mereka tidak hanya menguasai ilmu fikih, tafsir, hadis, dan tasawuf, tetapi juga aktif mengajarkan ilmu-ilmu tersebut kepada masyarakat.

Sebagai contoh, Teungku Fakinah adalah salah satu ulama perempuan yang mendirikan dayah (pesantren) khusus perempuan di abad ke-19. Dayah ini menjadi pusat pendidikan Islam bagi kaum hawa, melahirkan banyak Muslimah cerdas yang kemudian menjadi guru dan dai di berbagai pelosok Aceh. Ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam bagi perempuan telah mendapatkan perhatian serius sejak lama, sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya ilmu bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
(Thalabul ‘ilmi faridhatun ‘ala kulli Muslimin)
“Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Hadis ini secara jelas tidak membedakan jenis kelamin dalam kewajiban menuntut ilmu, membuka ruang luas bagi perempuan untuk berkontribusi dalam khazanah keilmuan Islam.

Peran dalam Pendidikan dan Dakwah Islam

Para ulama perempuan Aceh berperan sentral dalam pendidikan Islam. Mereka mendirikan dayah, meunasah (surau), dan majelis taklim yang menjadi wadah bagi perempuan untuk belajar agama. Di tempat-tempat inilah, ilmu-ilmu dasar Islam seperti membaca Al-Qur’an, fikih ibadah, akidah, dan akhlak diajarkan. Mereka juga mengajarkan tentang peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat sesuai syariat Islam, membentuk karakter Muslimah yang mandiri, berilmu, dan berakhlak mulia.

Selain pendidikan formal, mereka juga aktif dalam dakwah melalui pengajian-pengajian di rumah-rumah atau acara-acara adat. Ceramah-ceramah mereka tidak hanya menyentuh aspek ritual, tetapi juga isu-isu sosial, moral, dan etika. Mereka menjadi rujukan bagi masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, memberikan pencerahan dan solusi berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Suah.

Al-Qur’an sendiri menekankan pentingnya peran laki-laki dan perempuan dalam kebajikan dan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran):
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)

Ayat ini menegaskan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam menegakkan ajaran Islam dan menjaga kemaslahatan umat.

Baca juga ini : Manfaat Belajar Islam Langsung dari Ulama: Kunci Memahami Agama dengan Benar

Kontribusi dalam Penjagaan Akidah dan Akhlak

Di tengah tantangan zaman dan pengaruh budaya asing, ulama perempuan Aceh memainkan peran vital dalam menjaga kemurnian akidah umat dan keluhuran akhlak masyarakat. Mereka menjadi garda terdepan dalam membendung paham-paham menyimpang dailai-nilai yang bertentangan dengan syariat. Melalui pengajaran yang konsisten dan keteladanan, mereka menanamkailai-nilai keislaman yang kuat dalam diri setiap Muslimah dan keluarga.

Para ulama perempuan ini sering kali menjadi penasihat spiritual bagi kaum perempuan, membantu mereka mengatasi masalah rumah tangga, mendidik anak, dan menjaga kehormatan diri. Nasihat-nasihat mereka berlandaskan pada hikmah Al-Qur’an dan Suah, memberikan bimbingan yang relevan dan praktis. Kehadiran mereka menciptakan lingkungan masyarakat yang agamis, di mana nilai-nilai Islam dijunjung tinggi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Warisan dan Relevansi di Era Modern

Meskipun zaman telah berubah, warisan ulama perempuan Aceh tetap relevan hingga kini. Dayah-dayah khusus perempuan yang mereka rintis terus berkembang, melahirkan generasi baru Muslimah yang berpendidikan tinggi dan memiliki pemahaman agama yang kuat. Peran mereka menjadi inspirasi bagi organisasi-organisasi perempuan Islam modern di Aceh untuk terus aktif dalam bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.

Kini, di era digital, ulama perempuan modern juga memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan ilmu dan dakwah. Mereka aktif di media sosial, membuat konten-konten Islami, dan menyelenggarakan pengajian daring, menjangkau audiens yang lebih luas. Ini adalah bukti bahwa semangat keilmuan dan dakwah yang diwariskan oleh para pendahulu tetap hidup dan beradaptasi dengan tantangan kontemporer.

Jejak gemilang ulama perempuan di Aceh adalah cerminan kekuatan dan kedalaman tradisi Islam yang menghargai peran serta setiap individu, tanpa memandang gender, dalam membangun peradaban. Kisah-kisah mereka adalah pengingat bahwa perempuan adalah tiang negara dan pilar agama, yang dengan ilmunya mampu menerangi kegelapan dan membimbing umat menuju kebaikan.

Dari masa ke masa, mereka telah membuktikan bahwa perempuan tidak hanya mampu menjadi pengikut, tetapi juga pemimpin spiritual, pendidik, dan pembela agama yang gigih. Warisan mereka adalah permata tak ternilai bagi Aceh dan seluruh umat Islam, menunjukkan betapa pentingnya peran perempuan dalam menjaga dan mengembangkan cahaya Islam yang abadi.

You may also like