Lisan adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah SWT yang memiliki kekuatan luar biasa. Lewat lisan, kebaikan bisa tersebar, persaudaraan bisa terjalin, namun sebaliknya, keburukan dan perpecahan juga bisa bermula dari lisan yang tak terjaga. Oleh karena itu, membekali anak-anak kita dengan adab menjaga lisan sejak dini adalah investasi tak ternilai untuk masa depan mereka, baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam Islam, menjaga lisan merupakan salah satu indikator keimanan dan akhlak mulia. Anak-anak yang terbiasa berbicara jujur, berkata yang baik, dan senantiasa menjaga perasaan orang lain akan tumbuh menjadi pribadi yang dicintai Allah, Rasul-Nya, dan sesama manusia. Artikel ini akan membahas secara tuntas bagaimana kita bisa menanamkan adab lisan mulia ini pada generasi penerus kita, sesuai dengan panduan syariat Islam.
Pentingnya Adab Lisan dalam Islam
Agama Islam sangat menekankan pentingnya menjaga lisan. Lisan yang baik adalah cerminan hati yang bersih dan jiwa yang taat. Sebaliknya, lisan yang buruk menunjukkan kekeruhan hati. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, surah Qaf ayat 18:
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkaya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap kata yang terucap akan dicatat dan dimintai pertanggungjawabaya. Dari sini, kita bisa mengajarkan anak bahwa ucapan bukanlah hal sepele, melainkan sesuatu yang berat di hadapan Allah.
Rasulullah SAW juga banyak memberikan teladan daasihat tentang menjaga lisan. Salah satu hadits yang masyhur diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjadi prinsip dasar dalam berkomunikasi bagi seorang Muslim. Mengajarkan anak untuk selalu memilih kata-kata yang baik atau menahan diri jika tidak ada kebaikan yang bisa diucapkan adalah fondasi utama adab lisan.
Mengajarkan Kejujuran Sejak Dini
Kejujuran adalah pondasi akhlak yang kokoh. Sejak kecil, anak harus diajarkan untuk selalu berkata jujur dalam setiap situasi, meskipun kejujuran itu terasa sulit. Kita bisa memulai dengan hal-hal kecil, misalnya meminta anak jujur jika dia memecahkan sesuatu atau mengambil makanan tanpa izin. Jangan langsung memarahi, melainkan apresiasi kejujuraya terlebih dahulu, baru kemudian berikan pemahaman tentang konsekuensi perbuataya.
Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang jujur, sebagaimana firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)
Orang tua juga harus menjadi teladan dalam kejujuran. Jangan pernah berbohong di depan anak, bahkan untuk hal-hal sepele. Ingkar janji pada anak juga termasuk bentuk ketidakjujuran yang bisa merusak kepercayaan mereka. Tanamkan pada anak bahwa kejujuran akan membawa ketenangan hati dan keberkahan dalam hidup.
Baca juga ini : Membangun Pondasi Emas: Menanamkailai Kejujuran dan Amanah pada Anak Sejak Dini
Berbicara Baik dan Lemah Lembut
Selain jujur, Islam juga mengajarkan kita untuk berbicara dengan perkataan yang baik, santun, dan lemah lembut. Ini berlaku untuk siapa pun, baik kepada orang tua, guru, teman, bahkan kepada orang yang lebih muda.
Allah SWT berfirman tentang perkataan yang baik:
“Dan ucapkanlah perkataan yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)
Mengajarkan anak untuk menggunakan kata-kata yang sopan, tidak berteriak, dan menghargai lawan bicara adalah bagian dari adab ini. Kita bisa melatih anak untuk mengucapkan “tolong”, “terima kasih”, dan “maaf” sebagai kebiasaan sehari-hari. Berikan contoh bagaimana berbicara dengan intonasi yang lembut dan tidak merendahkan.
Menghindari Perkataan Menyakitkan
Salah satu aspek penting dalam menjaga lisan adalah menghindari ucapan yang dapat menyakiti perasaan orang lain, baik itu berupa ejekan, ghibah (menggunjing), fitnah, atau sumpah serapah. Anak-anak kadang melontarkan kata-kata tanpa menyadari dampaknya. Tugas kita adalah membimbing mereka.
Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang Muslim sejati adalah orang yang Muslim laiya selamat dari (kejahatan) lisan dan tangaya.” (HR. Bukhari)
Hadits ini menegaskan bahwa menjaga lisan dari menyakiti orang lain adalah ciri seorang Muslim yang sempurna imaya. Kita bisa menjelaskan kepada anak-anak bahwa kata-kata buruk itu seperti panah yang dilepaskan, meskipun ditarik kembali, luka yang ditimbulkan mungkin tetap ada. Ajarkan mereka empati, untuk membayangkan bagaimana perasaan mereka jika orang lain mengucapkan kata-kata buruk kepada mereka.
Batasi anak dari tontonan atau lingkungan yang banyak menggunakan bahasa kasar. Ajak mereka untuk selalu mendoakan kebaikan, bukan keburukan, bagi orang lain.
Baca juga ini : Teladan Rasulullah SAW: Kunci Membentuk Anak Berkarakter Empati dan Toleran
Peran Orang Tua sebagai Teladan
Anak-anak adalah peniru ulung. Apa yang mereka lihat dan dengar dari orang tua akan sangat membekas dalam diri mereka. Jika orang tua terbiasa berbicara kasar, berbohong, atau menggunjing, maka jangan heran jika anak juga akan melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, orang tua harus menjadi contoh terbaik dalam menjaga lisan.
- Selalu berbicara jujur dalam segala kondisi.
- Gunakan kata-kata yang santun dan intonasi yang lembut, bahkan saat sedang marah.
- Hindari berghibah atau membicarakan keburukan orang lain di depan anak.
- Minta maaf jika melakukan kesalahan ucapan di depan anak, ini menunjukkan kerendahan hati dan mengajarkan bahwa setiap orang bisa salah.
Tips Praktis Mendidik Anak Menjaga Lisan
- Mulai Sejak Dini: Bahkan bayi dan balita bisa diajarkan intonasi suara yang lembut dan ekspresi wajah yang ramah.
- Berikan Pemahaman Agama: Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami anak tentang pentingnya menjaga lisan sesuai ajaran Islam, sertakan cerita-cerita teladan para Nabi dan Sahabat.
- Role Play (Bermain Peran): Ajak anak bermain peran untuk mempraktikkan cara berbicara yang baik dalam berbagai situasi.
- Apresiasi dan Koreksi: Berikan pujian saat anak berbicara baik dan koreksi dengan lembut saat mereka melakukan kesalahan lisan. Hindari teguran keras yang justru bisa membuat anak trauma.
- Batasi Paparaegatif: Kontrol tontonan, game, dan lingkungan bermain anak agar terhindar dari pengaruh ucapan yang tidak baik.
- Bacakan Buku Cerita Islami: Banyak buku cerita anak yang mengajarkailai-nilai kejujuran, kebaikan, dan empati.
- Doa: Jangan lupa untuk senantiasa mendoakan anak agar diberikan lisan yang baik dan terjaga.
Membekali anak dengan adab menjaga lisan adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran dan konsistensi dari orang tua. Namun, hasilnya akan sangat sepadan. Anak-anak yang tumbuh dengan lisan mulia akan menjadi pribadi yang disenangi banyak orang, memiliki hubungan sosial yang baik, dan yang terpenting, akan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Mari kita jadikan rumah sebagai madrasah pertama yang mengajarkailai-nilai luhur ini, agar lahir generasi yang tidak hanya cerdas akal, tapi juga mulia akhlaknya, terutama dalam bertutur kata.

Penting sekali memang ya ajaran tentang adab lisan ini. Bekal terbaik buat anak-anak kita agar tumbuh jadi pribadi yang jujur, baik, dan selalu menjaga perasaan orang lain sesuai tuntunan Islam. Jadi teringat perlu lebih konsisten membimbing.