Share

Idul Adha: Merajut Ketaatan dan Kepedulian Sosial Melalui Ibadah Kurban

by Darul Asyraf · 30 Oktober 2025

Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia menyambut salah satu hari raya besar yang penuh makna, yaitu Idul Adha. Lebih dari sekadar perayaan, Idul Adha adalah momentum refleksi, pengingat akan kisah pengorbanan agung, dan ajakan untuk menumbuhkan ketaatan serta kepedulian sosial. Ibadah kurban yang menyertainya bukan hanya sekadar menyembelih hewan, tetapi sebuah simbolisasi mendalam dari keikhlasan, ketundukan kepada perintah Allah SWT, dan solidaritas terhadap sesama.

Di balik semaraknya takbir yang berkumandang, tersimpan pelajaran berharga tentang keimanan yang tak tergoyahkan dan pentingnya berbagi. Artikel ini akan mengajak kita menyelami lebih dalam makna Idul Adha dan hikmah-hikmah yang tersembunyi di balik ibadah kurban, sebagai jembatan untuk menggapai rida Ilahi dan mempererat tali persaudaraan sesama manusia.

Sejarah Agung di Balik Ibadah Kurban

Kurban adalah ibadah yang akarnya menghunjam jauh ke masa lalu, berawal dari kisah Nabi Ibrahim AS yang diuji keimanaya oleh Allah SWT. Allah memerintahkaabi Ibrahim AS untuk menyembelih putra kesayangaya, Nabi Ismail AS. Sebuah perintah yang tentu sangat berat bagi seorang ayah, namuabi Ibrahim AS dengan keimanan yang kokoh, siap melaksanakan perintah tersebut. Nabi Ismail AS pun, dengan ketabahan yang luar biasa, menunjukkan ketaataya kepada Allah dan kesediaya untuk dikurbankan.

Saat Nabi Ibrahim AS hendak menyembelih Nabi Ismail AS, Allah SWT menggantinya dengan seekor domba. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an, Surah As-Saffat ayat 102-107:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ismail menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah), dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.’ Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Kisah ini menjadi fondasi utama syariat kurban dalam Islam, bukan untuk menyakiti, melainkan sebagai bentuk manifestasi tertinggi dari ketaatan seorang hamba kepada Penciptanya. Ini adalah pengingat bahwa tidak ada yang lebih berharga di hadapan Allah selain keimanan dan kepatuhan yang tulus.

Kurban: Wujud Ketaatan Penuh Keikhlasan

Melaksanakan ibadah kurban adalah bentuk nyata ketaatan seorang Muslim kepada perintah Allah SWT. Dalam konteks modern, mungkin kita tidak diminta untuk mengorbankan putra atau putri kita, tetapi kita diminta untuk mengorbankan harta benda yang kita cintai di jalan Allah. Harta yang kita kurbankan merupakan sebagian kecil dari rezeki yang Allah titipkan, dan dengan mengurbankaya, kita mengakui bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya.

Ketaatan ini bukan tanpa balasan. Allah SWT menjanjikan pahala yang berlimpah bagi mereka yang berkurban dengan ikhlas. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits Riwayat Tirmidzi:

“Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah daripada mengalirkan darah (menyembelih hewan kurban). Sesungguhnya hewan kurban itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya darah kurban itu akan jatuh pada suatu tempat di sisi Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka sucikanlah jiwa kalian dengan berkurban.”

Hadis ini menegaskan betapa agungnya nilai ibadah kurban di mata Allah. Setiap tetes darah, setiap helai bulu, dan setiap bagian dari hewan kurban akan menjadi saksi kebaikan kita di akhirat kelak. Dengan berkurban, kita melatih diri untuk melepaskan ikatan duniawi dan lebih mengutamakan perintah Allah, sebuah langkah menuju jiwa yang lebih tenang dan keberkahan hidup.

Baca juga ini : Istiqamah dalam Ibadah: Fondasi Ketenangan Jiwa dan Keberkahan Hidup Seorang Muslim

Kurban: Manifestasi Kepedulian Sosial

Selain sebagai wujud ketaatan vertikal kepada Allah, ibadah kurban juga memiliki dimensi horizontal yang sangat kuat, yaitu kepedulian sosial. Daging kurban yang dibagikan kepada fakir miskin, tetangga, dan kerabat, menjadi simbol nyata dari solidaritas dan kebersamaan. Di sinilah letak salah satu hikmah terbesar dari kurban, yakni mengurangi kesenjangan sosial dan menghadirkan kebahagiaan bagi mereka yang kurang beruntung.

Di banyak tempat, Idul Adha adalah satu-satunya kesempatan bagi sebagian masyarakat untuk bisa menikmati daging. Melalui kurban, kita diajarkan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, untuk berbagi rezeki, dan untuk menunjukkan kasih sayang kepada sesama. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang sangat menekankan pentingnya tolong-menolong dan peduli terhadap lingkungan sosial.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 36:

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiaya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.”

Ayat ini secara jelas memerintahkan kita untuk berbagi hasil kurban, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Ini bukan hanya kewajiban, tetapi juga peluang untuk meraih keberkahan dan menumbuhkan rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Dengan berbagi, kita tidak akan kekurangan, justru rezeki kita akan semakin bertambah dan diberkahi.

Mempererat Tali Silaturahmi

Proses kurban dan pembagian dagingnya seringkali melibatkan banyak pihak. Dari panitia kurban, penyembelih, hingga para sukarelawan yang membantu mendistribusikan. Momen ini menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Gotong royong dan kebersamaan yang terjalin selama Idul Adha menciptakan suasana persaudaraan yang hangat dan penuh makna.

Selain itu, silaturahmi juga terjalin melalui kunjungan ke rumah sanak saudara dan tetangga, saling bermaaf-maafan, dan menikmati hidangan bersama. Ini adalah bagian tak terpisahkan dari semangat Idul Adha yang mengajarkan kita untuk selalu menjaga hubungan baik, baik dengan keluarga, tetangga, maupun seluruh umat Muslim.

Baca juga ini : Menggali Nilai Kerelawanan dalam Islam: Membangun Masyarakat Peduli dan Madani

Pentingnya Sertifikasi Halal dalam Ibadah Kurban

Dalam menjalankan ibadah kurban, memastikan kehalalan hewan dan proses penyembelihaya adalah hal yang sangat krusial. Kehalalan tidak hanya sebatas pada jenis hewan yang boleh dikurbankan, tetapi juga tata cara penyembelihan yang sesuai syariat Islam. Di sinilah peran Lembaga Pemeriksa Halal seperti LP3H Darul Asyraf menjadi sangat penting.

LP3H Darul Asyraf membantu memastikan bahwa setiap aspek kurban, mulai dari pemilihan hewan, proses penyembelihan, hingga distribusi daging, telah memenuhi standar halal yang ditetapkan. Dengan adanya Sertifikasi Halal, umat Muslim dapat menjalankan ibadah kurban dengan tenang dan yakin bahwa ibadah mereka sah di mata syariat. Ini juga memberikan jaminan kepada masyarakat umum bahwa daging kurban yang mereka terima benar-benar halal dan tayyib (baik).

Idul Adha: Harapan untuk Perubahan Diri

Idul Adha dan ibadah kurban adalah pengingat bahwa hidup ini adalah tentang pengorbanan dan ketaatan. Mengorbankan ego, mengorbankan waktu untuk beribadah, dan mengorbankan sebagian harta untuk sesama. Melalui ibadah kurban, kita diharapkan menjadi pribadi yang lebih baik, lebih taat kepada Allah, lebih peduli terhadap lingkungan sosial, dan lebih bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan.

Semoga semangat Idul Adha terus menginspirasi kita untuk terus berbuat kebaikan, menumbuhkan keikhlasan, dan mempererat tali persaudaraan. Mari jadikan setiap momentum Idul Adha sebagai batu loncatan untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa kita, demi meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

You may also like