Indonesia, sebuah negeri yang diberkahi dengan kekayaan alam dan budaya yang melimpah, juga menjadi rumah bagi keberagaman keyakinan dan agama. Dalam bingkai kebhinekaan ini, toleransi menjadi pilar utama yang menyatukan setiap individu, menciptakan kerukunan, dan menjaga keutuhan bangsa. Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia, memiliki peran krusial dalam menyemai nilai-nilai toleransi ini. Artikel ini akan mengupas tuntas prinsip toleransi dalam ajaran Islam dan bagaimana penerapaya dapat mewujudkan harmoni di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.
Memahami Toleransi dalam Bingkai Islam
Ajaran Islam seringkali disalahpahami sebagai doktrin yang eksklusif, padahal esensi ajaraya justru sangat menekankan pada kedamaian, keadilan, dan kasih sayang bagi seluruh alam. Toleransi, atau dalam Islam dikenal dengan istilah tasamuh, bukanlah sekadar sikap menerima perbedaan, melainkan sebuah pengakuan akan martabat setiap manusia, terlepas dari latar belakang keyakinaya.
Islam Mengajarkan Kedamaian, Bukan Pemaksaan
Salah satu prinsip fundamental dalam Islam adalah tidak adanya paksaan dalam beragama. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Ayat ini menegaskan bahwa keimanan adalah urusan hati, sebuah pilihan pribadi yang tidak dapat dipaksakan. Tugas seorang Muslim adalah menyampaikan kebenaran, bukan memaksakan kehendak. Lebih lanjut, dalam surat Al-Kafirun, Allah SWT berfirman:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)
Ayat ini secara eksplisit mengajarkan batas-batas toleransi dalam hal keyakinan. Setiap individu memiliki hak untuk menjalankan keyakinaya tanpa diganggu atau dipaksa untuk berpindah agama. Ini adalah landasan kokoh bagi pluralisme beragama yang damai.
Uswatun Hasanah: Teladaabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam mempraktikkan toleransi. Salah satu bukti paling monumental adalah Piagam Madinah, sebuah konstitusi pertama di dunia yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW. Piagam ini mengatur kehidupan bermasyarakat di Madinah yang sangat heterogen, melibatkan Muslim, Yahudi, dan kelompok lain, dengan menjamin hak-hak sipil dan kebebasan beragama bagi semua penduduk.
Dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW juga dikenal sering berinteraksi dengaon-Muslim dengan penuh adab dan hormat. Beliau pernah berdiri untuk menghormati jenazah Yahudi yang lewat, dan beliau juga memiliki tetangga non-Muslim yang beliau perlakukan dengan baik. Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa toleransi bukan hanya teori, melainkan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep Ukhuwah: Lebih dari Sekadar Persaudaraan Muslim
Dalam Islam, konsep ukhuwah (persaudaraan) tidak hanya terbatas pada sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah). Islam mengajarkan tiga jenis ukhuwah:
- Ukhuwah Islamiyah: Persaudaraan sesama Muslim, saling mencintai dan tolong-menolong.
- Ukhuwah Wathaniyah: Persaudaraan sebangsa dan setanah air, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau ras. Ini adalah fondasi penting untuk menjaga persatuaasional.
- Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah: Persaudaraan sesama umat manusia, karena kita semua adalah ciptaan Allah SWT. Prinsip ini mendorong kasih sayang universal, keadilan, dan kepedulian terhadap sesama manusia di seluruh dunia.
Baca juga ini : Pentingnya Ukhuwah Islamiyah dalam Membangun Masyarakat Madani
Aplikasi Prinsip Toleransi untuk Kerukunan di Indonesia
Di Indonesia, nilai-nilai toleransi Islam sangat relevan dan perlu terus digerakkan untuk memperkuat kerukunan antarumat beragama. Berikut adalah beberapa aplikasinya:
Saling Menghormati Keyakinan dan Praktik Ibadah
Menghormati keyakinan orang lain berarti tidak mencela, menghina, atau merendahkan agama lain. Ini juga mencakup menghargai praktik ibadah dan hari raya agama lain. Misalnya, Muslim tidak mengganggu umat Kristen saat merayakaatal atau umat Hindu saat Nyepi, dan sebaliknya. Sikap saling menghormati ini menciptakan lingkungan yang aman dan damai bagi semua untuk menjalankan ibadahnya masing-masing. Dialog antarumat beragama juga menjadi jembatan penting untuk memahami perbedaan, bukan untuk mempersatukan keyakinan, tetapi untuk mempererat tali silaturahmi.
Kerja Sama dalam Kebaikan Sosial
Toleransi tidak berarti pasif, melainkan aktif dalam membangun kebaikan bersama. Dalam Islam, menolong sesama adalah perintah yang universal, tidak terbatas pada sesama Muslim saja. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan kesulitaya pada hari kiamat. Barangsiapa yang memberi kemudahan bagi orang yang kesulitan, niscaya Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa kebaikan harus dilakukan kepada siapa saja yang membutuhkan. Di Indonesia, semangat gotong royong dan kepedulian sosial, seperti membantu korban bencana alam, membersihkan lingkungan, atau mendirikan fasilitas umum, seringkali dilakukan bersama-sama oleh masyarakat dari berbagai latar belakang agama. Ini adalah manifestasi nyata dari toleransi dan ukhuwah insaniyah.
Baca juga ini : Mengukuhkan Toleransi Beragama Melalui Pendidikan Islam
Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme
Di tengah dinamika sosial dan informasi yang pesat, tantangan intoleransi dan radikalisme masih menjadi perhatian. Islam yang moderat (washatiyah) mengajarkan keseimbangan, keadilan, dan menghindari ekstremisme. Peran tokoh agama, lembaga pendidikan seperti LP3H Darul Asyraf, serta masyarakat sangat penting dalam menyebarkan pesan-pesan damai dan mengedukasi tentang bahaya intoleransi. Pendidikan agama yang inklusif dan mengajarkailai-nilai kemanusiaan universal akan melahirkan generasi yang toleran dan mampu hidup berdampingan secara harmonis.
Toleransi dalam Islam bukan hanya sekadar anjuran moral, melainkan sebuah prinsip yang mendalam dan fundamental untuk menciptakan kehidupan yang damai dan berkeadilan. Di Indonesia, yang dikenal dengan semboyan “Bhieka Tunggal Ika”, penerapailai-nilai toleransi Islam menjadi semakin relevan dan krusial. Dengan saling menghormati, bekerja sama dalam kebaikan, dan mengedepankan dialog, masyarakat Indonesia dapat terus menjaga kerukunan antarumat beragama, memperkuat persatuaasional, dan menjadi contoh bagi dunia akan indahnya hidup dalam keberagaman. Mari bersama-sama terus menyemai benih toleransi agar bumi Nusantara senantiasa damai dan sejahtera.

Toleransi dalam Islam memang bukan sekadar ajaran, tapi sudah jadi napas keseharian di Nusantara. Kuncinya di hati yang lapang dan saling menghargai keberagaman, itu warisan berharga.
Memang benar, dari dulu kakek saya selalu bilang, Islam itu agama damai yang mengajarkan kita untuk menghargai tetangga beda keyakinan. Kunci hidup tenang di kampung ya ini.